News & Research

Reader

AS-China Diprediksi Bisa Sepakati Perdagangan, Harga Tembaga Menguat
Wednesday, November 20, 2019       05:53 WIB

Ipotnews - Tembaga menguat, Selasa, di tengah ekspektasi Amerika Serikat dan China dapat mencapai kesepakatan perdagangan, tetapi kenaikannya dibatasi oleh kekhawatiran bahwa kesepakatan penuh masih jauh dari harapan.
Harga tembaga untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) berakhir 0,8% lebih tinggi menjadi USD5.875 per ton. Logam merah itu, yang digunakan dalam sektor kelistrikan dan konstruksi, anjlok sekitar 2% sepanjang tahun ini di tengah kekhawatiran perang perdagangan dapat memangkas pertumbuhan global dan mengurangi permintaan, demikian laporan  Reuters , di London, Selasa (19/11) atau Rabu (20/11) dini hari WIB.
Harga tembaga kemungkinan akan tetap di bawah tekanan untuk sisa tahun ini, meski dengan beberapa kenaikan jangka pendek, karena ada sejumlah permasalahan besar yang belum diselesaikan dalam negosiasi perdagangan, kata analis Commerzbank, Daniel Briesemann.
"Harga logam sebagian besar condong ke arah  downside  karena lebih banyak kekhawatiran tentang sengketa perdagangan," katanya.
Tembaga LME akan tetap di bawah pergerakan rata-rata 200 hari (MA-200) di level USD6.021,26 per ton dan tingkat tertinggi yang dicapai pada awal Juli yakni USD6.075 untuk sepekan ke depan, tutur analis teknikal Commerzbank, Axel Rudolph.
China akan meningkatkan dukungan kredit kepada ekonomi dan mendorong suku bunga lebih rendah, kata Gubernur Bank Sentral, Yi Gang, Selasa, dalam upaya untuk menopang pertumbuhan yang terpukul perang dagang dengan Amerika Serikat.
China menyumbang hampir setengah dari konsumsi tembaga global, diperkirakan sekitar 24 juta ton tahun ini.
Freeport McMoRan Inc memperkirakan biaya perawatan dan pemurnian untuk konsentrat tembaga pada 2020 akan "jauh di bawah" tingkat tahun lalu karena kapasitas peleburan China diperkirakan meningkat, kata eksekutif senior perusahaan itu.
Studi mengenai dampak lingkungan bagi pabrik-pabrik di Indonesia untuk memproduksi baterai nikel untuk mobil listrik dapat diselesaikan akhir tahun ini, kata kementerian yang mengawasi pertambangan.
Studi itu harus diselesaikan dan disetujui sebelum investor dapat melanjutkan proses konstruksi.
Selama sembilan bulan pertama tahun ini, defisit seng global menyempit menjadi 156.000 ton dibandingkan 272.000 ton pada periode yang sama tahun lalu.
Kekurangan pasokan timbal melebar menjadi 83.000 ton pada tahun ini hingga akhir September dari 34.000 ton tahun lalu.
Sementara itu, harga logam dasar lainnya di kompeks LME ditutup variatif. Aluminium turun 0,4% menjadi USD1.731 per ton, seng tidak berubah di posisi USD2.343, timbal melonjak 2% menjadi USD1.993, timah melemah 0,5% menjadi USD15.975, dan nikel merosot 1% menjadi USD14.690 setelah menyentuh level terendah sejak 5 Agustus. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM