News & Research

Reader

BPS Rombak Metodologi Pengukuran Inflasi Dan NTP
Tuesday, January 28, 2020       11:18 WIB

Ipotnews - Badan Pusat Statistik (BPS) bakal melakukan pemutakhiran diagram timbang untuk data inflasi yang dimulai tahun 2020 ini. Dengan pemutakhiran ini maka sejumlah indikator untuk mengetahui gambaran indeks harga konsumen (IHK) mengalami perubahan.
Dasar acuan metodologi yang digunakan di tahun 2020 ini adalah classification of individual consumption according to purpose (COICOP) 2018. Data IHK dengan metode baru ini akan mulai diumumkan pada awal Februari 2020 mendatang yang merupakan gambaran IHK Januari 2020.
Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan beberapa perubahan yang bakal terjadi seperti cakupan kota IHK yang disurvei BPS dari sebelumnya 82 kota (berdasarkan COICOP 2012) menjadi 90 kota IHK. Kemudian total komoditas dari sebelumnya 859 menjadi 835. Selanjutnya klasifikasi kelompok pengeluaran jika sebelumnya di bagi dalam 7 kelompok, maka nantinya menjadi 11 kelompok.
Dipastikan dengan perubahan metodologi dan cakupan serta indikator yang berubah, maka akan ada sejumlah komoditas yang dihapuskan dari daftar paket survei. Namun demikian juga ada beberapa komoditas atau indikator lain yang ditambahkan karena mencerminkan kelompok pengeluaran masyarakat yang relevan. Sementara daftar komoditas yang dihapus karena dianggap sudah tidak relefan lagi dengan gaya hidup atau indikator terbaru yang mencerminkan kelompok pengeluaran masyarakat.
Dijelaskannya bahwa jumlah komoditas yang baru dan terpilih untuk menjadi bahan survei BPS dalam mengukur IHK tahun ini sebanyak 98 unit. Sedangkan komoditas yang dicoret dari daftar sebanyak 101 unit. Diharapkan dengan ini akurasi data inflasi dan lainnya dapat lebih akurat.
"Jadi ada komoditas baru yang harus dimasukkan dan banyak komoditas yang harus dibuang. Misalnya kalkulator, sebab orang sudah nggak gunakan kalkulator tapi gunakan HP yang bisa install scientific calculator. Lalu CD recorder tape sudah tidak jaman lagi karena untuk mendengarkan musik bisa pake HP. Lalu surat juga dikeluarkan dari daftar karena sekarang sudah bisa lewat wa, email dan lainnya," kata Suhariyanto dalam Sosialisasi Pemutakhiran Data Timbang di kantornya, Jakarta, Selasa (28/1).
Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto, menambahkan bahwa perubahan metodologi dan Pemutakhiran data Timbang ini dilakukan untuk menyesuaikan kondisi global. Pasalnya negara-negara lain juga bakal melakukan hal yang sama mulai tahun 2010 ini. Diharapkan dengan kesamaan metodologi dalam mengukur inflasi dan lainnya, data yang dihasilkan bisa lebih comparable dengan data-data inflasi dunia internasional.
"Semua negara juga akan berpindah ke COICOP 2018, oleh sebab itu kita juga melakukan hal yang sama supaya hasil data BPS juga sebanding dengan data dari negara lain," ungkap Kecuk.
Selain untuk mengukur IHK, perubahan atau pemutakhiran metodologi ini juga diperuntukkan bagi indikator Nilai Tukar Petani (NTP). Jika sebelumnya dalam mengukur NTP dilakukan pada 33 propinsi dan 295 kabupaten, maka tahun 2020 ini menjadi 34 propinsi dengan 386 kabupaten. Jumlah sampel rumah tangga yang disurvei BPS juga bakal berubah dari 46.300 menjadi 198.574. Metode pengumpulan data juga dilakukan perubahan dari purposive sampling menjadi probability sampling.
"Jika dalam metode sebelumnya tidak memasukkan jasa keuangan dalam mengukur NTP, maka tahun ini akan memasukkan komponen tersebut untuk mengetahui NTP," pungkas Kecuk.
(Marjudin)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM