News & Research

Reader

Bobot Aktif (Active Share) dan Kinerja Reksadana
Sunday, April 11, 2021       12:52 WIB

Pada artikel sebelumnya kita telah membahas tentang apakah teknik pengelolaan dana secara pasif benar-benar strategi investasi yang menguntungkan (dibandingkan teknik pengelolaan dana secara aktif)? Kita juga telah mendefinisikan teknik pengelolaan dana secara aktif sebagai teknik dimana Manajer Investasi diberi keleluasaan untuk menentukan saham-saham (atau obligasi-obligasi) yang akan dibelinya dalam portofolio.
Tujuan teknik pengelolaan dana secara aktif adalah mengalahkan ( outperform ) tolok ukur ( benchmark ) portofolio itu, yang biasanya berupa suatu indeks (saham atau obligasi) yang telah ditentukan terlebih dahulu. Sebaliknya, teknik pengelolaan dana secara pasif adalah teknik dimana Manajer Investasi tidak mempunyai kewenangan apapun untuk menentukan saham (atau obligasi) yang akan dimasukkan ke dalam portofolionya.
Suatu saham (atau obligasi) hanya akan dibeli jika saham (atau obligasi) itu ada dalam indeks. Tujuan teknik pengelolaan dana secara pasif adalah mendapatkan imbal hasil yang setara dengan indeks, bukan berusaha mencapai imbal hasil yang setinggi-tingginya. Manajer Investasi reksadana pasif (reksadana indeks dan reksadana Bursa [ETF]) percaya bahwa mengelola dana secara aktif untuk mengalahkan tolok ukur portofolio, suatu indeks yang pasif, merupakan tindakan yang sia-sia.
Teknik pengelolaan dana secara aktif contohnya adalah semua reksadana konvensional yang kita kenal (reksadana ekuitas, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, dan reksadana pasar uang), kecuali reksadana indeks dan reksadana Bursa ( exchange traded fund ).
Kita tidak akan mengubah definisi teknik pengelolaan dana aktif di atas. Tetapi para akademisi dan para peneliti bidang keuangan tidak puas dengan hanya membagi teknik pengelolaan dana atas teknik aktif dan teknik pasif saja. Para akademisi dan peneliti ingin mengetahui bagaimana kinerja teknik pengelolaan dana secara aktif dapat diukur.
Metode yang umum dipakai adalah  tracking error , yang menghitung besarnya standar deviasi dari imbal hasil portofolio yang dikelola secara aktif. Supaya pembahasan kinerja portofolio dalam artikel ini tidak terlalu teknis, kita akan menggunakan pengukuran teknik pengelolaan aktif yang sedikit berbeda, yaitu bobot aktif ( active share ).
Bobot aktif pada dasarnya mengukur besarnya bobot dalam pemilihan saham ( stock selection ) yang berbeda dari indeks, sementara  tracking error  pada dasarnya mengukur paparan ( exposure ) portofolio terhadap resiko sistematik.
Seperti biasa, kita akan menggunakan data-data riset tentang portofolio reksadana di Amerika Serikat sebagai rujukan. Sebagai contoh, kita akan meninjau suatu reksadana bersifat ekuitas yang terdiversifikasi dengan baik.
Portofolio reksadana ekuitas dapat dibagi atas dua bagian: bagian pasif, yaitu bagian portofolio yang sesuai indeks S&P 500, dan bagian aktif yaitu bagian portofolio yang merupakan semua penyimpangan daripada indeks S&P 500.
Jika portofolio reksadana mengandung lebih banyak ( overweight ) suatu saham relatif terhadap indeks, dikatakan bahwa portofolio itu secara efektif memiliki bobot aktif positif ( long ) pada saham ini.
Jika portofolio reksadana mengandung lebih sedikit ( underweight ) suatu saham relatif terhadap indeks, dikatakan bahwa portofolio reksadana itu memiliki bobot aktif negatif ( short ) dalam saham tersebut.
Misalkan dari $100 yang diinvestasikan oleh nasabah pada reksadana ini, ada investasi sebanyak $54 pada saham di luar S&P 500, maka dikatakan bahwa investasi $100 dalam reksadana itu terdiri dari investasi pasif sebesar $100 pada saham-saham sesuai indeks S&P 500, ditambah investasi bobot aktif yang positif ( long ) sebesar $54 pada saham-saham di luar indeks S&P 500, dan investasi bobot aktif yang negatif ( short ) sebesar $54 pada saham-saham S&P 500 yang bobotnya dikurangi untuk membeli saham-saham di luar indeks.
Ukuran dari bobot aktif ini (dalam hal ini 54%) adalah bobot aktif dari portofolio. Bobot aktif merupakan besarnya bobot portofolio yang berbeda dari portofolio pasif mengikuti indeks S&P 500.
Lalu, apakah pemodal reksadana lebih baik berinvestasi pada reksadana aktif?
Jawaban yang segera, pada umumnya, adalah tidak.
Sejumlah besar riset yang ada telah membuktikan bahwa reksadana yang dikelola secara aktif kalah kinerjanya dibandingkan dengan reksadana pasif yang berbiaya rendah, setelah dipotong semua biaya-biaya pengelolaan investasi. Akan tetapi, tidak semua reksadana aktif dikelola dengan cara yang sama. Perbedaan reksadana-reksadana aktif, misalnya, pada seberapa aktif reksadana itu, atau rupa (type) manajemen aktif yang dilakukan pada reksadana itu.
Indeksasi Diam-Diam ( Closet Indexing )
Untuk mengetahui seberapa aktif suatu reksadana aktif, dapat dilihat misalnya pada seberapa besar bobot aktif ( active share ) yang dimiliki reksadana itu (data seperti ini tidak tersedia untuk reksadana lokal). Besarnya angka bobot aktif akan berada dari 0% s/d 100%, baik bobot aktif positip ( long ), maupun bobot aktif negatif ( short ).
Menyangkut pertanyaan seberapa aktif suatu reksadana-aktif, ada satu praktek atau tindakan Manajer Investasi yang harus diketahui oleh pemodal reksadana, yaitu indeksasi diam-diam ( closet indexing ). Indeksasi diam-diam ( closet indexing ) pada dasarnya adalah praktek Manajer Investasi untuk berada dekat dengan indeks rujukannya, sambil tetap menyebut strategi pengelolaan dananya sebagai strategi aktif.
Karena strategi pengelolaan dananya adalah manajemen aktif, maka Manajer Investasi tetap membebankan  fee  Manajer Investasi yang umum bagi reksadana aktif, dengan keuntungan bahwa kinerja portofolio tidak akan jauh berbeda dari tolok ukur reksadana itu.
Problem yang ada dengan indeksasi diam-diam ( closet indexing ) bukanlah bahwa pada dasarnya bobot aktif yang rendah adalah buruk. Problemnya adalah bahwa indeksasi diam-diam ( closet indexing ) sangatlah mahal jika dibandingkan relatif dengan apa yang didapat oleh pemodal.
Manajer Investasi yang melakukan indeksasi diam-diam ( closet indexing ) akan membebankan  fee  manajemen investasi aktif untuk seluruh aset reksadana yang dikelola, sementara kenyataannya sebagian aset reksadana hanya diinvestasikan pada saham-saham menurut indeks rujukan.
Sebagai contoh, jika suatu reksadana memiliki bobot aktif ( active share ) 33%, maka jika manajemen fee untuk reksadana tersebut adalah 1,5% maka sebenarnya biaya keseluruhan yang harus dibayar oleh pemodal adalah 4,5% dari bobot aktif reksadana itu. Karena hanya bagian dari portofolio yang merupakan bobot aktif ( active share ) yang dapat memberikan kinerja di atas indeks, menjadi sulit sekali bagi reksadana ini untuk memberikan kinerja di atas indeks ( outperform ), setelah memperhitungkan biaya-biaya.
Rupa Manajemen Aktif
Mengenai rupa (tipe) manajemen aktif yang dipilih oleh Manajer Investasi, ada dua cara yang dilakukan oleh Manajer Investasi sehingga portofolionya akan berbeda dan memberikan nilai tambah dibanding portofolio indeks (rujukan) yang pasif : (1)  Stock Selection  atau pemilihan saham-saham, yaitu seleksi saham (atau obligasi) yang berbeda daripada indeks, dan (2)  factor timing  atau waktu pembelian atau pemilikan saham-saham (atau obligasi) yang berbeda daripada indeks.
Pemilihan saham-saham melibatkan pertaruhan ( bets ) aktif pada saham atau saham-saham individual, misalnya mengambil hanya saham saja dari seluruh emiten industri telekomunikasi. Sebaliknya,  factor timing  atau sering disebut juga dengan aset alokasi taktis, melibatkan pertaruhan berdasarkan pemilihan waktu yang berbeda daripada indeks.
Sebagai contoh, Manajer Investasi dapat menambah atau mengurangi bobot suatu sektor tertentu dalam ekonomi dibandingkan dengan bobot sektor tersebut dalam indeks. Bahkan Manajer Investasi dapat memutuskan untuk meniadakan bobot suatu sektor ekonomi, dan menggantinya dengan memegang tunai, apabila Manajer Investasi menganggap bahwa tindakan tersebut adalah hal yang terbaik untuk portofolio pada saat itu.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 
Referensi:
Antti Petajisto, Active Share and Mutual Fund Performance, Financial Analysts Journal, 68:4 Link https://doi.org/10.2469/faj.v69.n4.7
Disclaimer:
Semua pernyataan dalam artikel ini merupakan tanggung jawap penulis, dan bukan tanggung jawab PT Indo Premier Sekuritas atau PT Indo Premier Investment Management.

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM