Jakarta, CNBC Indonesia - Seiring dengan industri, PT MSIG Life Insurance Indonesia Tbk atau MSIG Life () mencatatkan peningkatan klaim asuransi kesehatan sebesar 26,5% di kuartal pertama tahun 2024.
Menurut laporan keuangan kuartal I/2024, MSIG LIfe membukukan klaim kesehatan sebesar Rp102,17 miliar per Maret 2024. Jumlah ini naik dari sebelumnya Rp80,73 miliar.
Direktur Utama MSIG Life Wianto Chen mengatakan, ada tiga hal yang menyebabkan naiknya klaim kesehatan tersebut.
Pertama, faktor internal yaitu besaran harga premi yang ditetapkan perusahaan dari produk kesehatannya. Menurutnya, ada ketidaksesuaian harga di pasar dengan inflasi yang terjadi.
"Kita mungkin akan melihat pricing kita ya. Supaya menyesuaikan dengan inflasi. Jadi kan kita akan launching produk baru yang udah disesuaikan dengan inflasi," jelas Wianto saat ditemui usai Public Expose (Pubex) di Jakarta, Selasa, (25/6/2024).
Adapun produk dengan pricing terbaru ini dikabarkan akan segera meluncur di akhir kuartal ketiga tahun ini.
Langkah lain yang dilakukan adalah dengan mengurangi produk asuransi kesehatan. Sebagaimana diketahui, asuransi kesehatan banyak dibeli oleh kanal distribusi korporasi.
Pada tahun 2023, MSIG Life berhasil mengurangi kanal distribusi korporasinya menjadi hanya 23%. Sebelumnya di tahun 2020, kanal distribusi tersebut sebanyak 37%.
Wianto mengakui, dengan lebih banyaknya kanal ritel yang masuk melalui agency dan bancassurance, MSIG Life berhasil mendorong profitnya.
Faktor kedua adalah dugaan overtreatment yang dilakukan oleh rumah sakit. Saat ini, harga penindakan dan obat di rumah sakit belum ada panduan tarif.
MISG Life pun terus berkoordinasi dengan asosiasi untuk mendorong adanya panduan tarif dari Kementerian Kesehatan. Kebijakan ini pun disebut akan berjalan dalam waktu dekat.
"Kalau di sini kan kelas rumah sakit menentukan obat, betul nggak? Kalau kelas satu obatnyalangsung berkali-kali lipat. Nah itu nanti ada tarifnya. Tapi masih dari rumah sakit pemerintah. Jadi belum swasta," jelasnya.
Faktor terakhir adalah kurangnya integrasi data antar perusahaan asuransi. Sehingga, ke depan akan ada satu pusat data yang memungkinkan antar perusahaan
"Pertukaran data antar asuransi sehingga kita bisa lebih paham. Sehingga pricingnya lebih tepat. Sekarang kan kita nggak tahu karena nggak ada data," kata Wianto.
Diketahui, industri juga mengalami kenaikan klaim asuransi kesehatan. Menurut catatan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia ( AAJI ), klaim asuransi kesehatan naik 29,4% menjadi Rp5,96 triliun.
Sumber : www.cnbcindonesia.com
powered by: IPOTNEWS.COM