Ipotnews - Dana keluar (capital outflow) dari pasar obligasi Indonesia sejak akhir tahun lalu hingga April 2024 telah mencapai Rp44 triliun sepanjang tahun berjalan.
Fixed Incomed Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Karinska Salsabila Priyatno mengatakan capital outflow ini bukan karena fundamental perekonomian yang buruk. "Namun lebih karena faktor eksternal akibat ketidakpastian arah suku bunga Federal Reserve dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah," kata Bela dalam Fixed Income Monthly Webinar bertajuk Navigating Strategies Amid Rupiah Volatility via YouTube, Jumat (26/4).
Bela melihat tetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi AS mendorong spekulasi penurunan FFR yang lebih kecil dan lebih lama dari prakiraan (high for longer). Proyeksi ini sejalan pula dengan pernyataan para pejabat Federal Reserve System.
Perkembangan ini dan besarnya kebutuhan utang AS mengakibatkan terus meningkatnya yield US Treasury dan penguatan dolar AS semakin tinggi secara global.Semakin kuatnya dolar AS juga didorong oleh melemahnya sejumlah mata uang dunia seperti yen Jepang dan yuan China.
Sementara di dalam negeri juga ada faktor ketidakpastian politik karena berlangsungnya Pemilu Serentak 2024 yang menandai pergantian rezim pemerintahan. Ketidakpastian ini baru saja berakhir pasca putusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa Pilpres pada Senin (22/4). KPU juga telah menetapkan Prabowo - Gibran sebagai pemenang Pilpres pada Rabu (24/4).
" Capital outflow dari pasar obligasi akibat faktor dari AS, Timur Tengah dan ketidakpastian politik dalam negeri inilah yang berkontribusi besar terhadap pelemahan kurs rupiah sepanjang tahun berjalan," jelas Bela.
Mengutip data aplikasi IPOT sejak akhir tahun lalu hingga hari ini pukul 11.27 WIB, kurs rupiah bergerak melemah dari Rp15.399 per dolar AS menjadi Rp16.220 per dolar AS, turun 821 poin atau 5,3% secara year to date (YtD). (Adhitya)
Sumber : Admin
powered by: IPOTNEWS.COM
