News & Research

Reader

Dolar Terbebani Peningkatan Sentimen Risiko, Aussie Berkibar
Wednesday, March 03, 2021       04:12 WIB

Ipotnews - Dolar AS merosot, Selasa, dan mata uang berisiko termasuk dolar Australia menguat karena saham Wall Street relatif stabil, yang mencerminkan meningkatnya selera risiko.
Dolar AS menjadi penerima manfaat dari volatilitas saham baru-baru ini, yang terguncang pekan lalu oleh lonjakan dramatis dalam imbal hasil surat utang pemerintah Amerika Serikat.
Imbal hasil US Treasury stabil pekan ini, dengan  yield  surat utang acuan bertahan di bawah level tertinggi minggu lalu, membantu memulihkan ketenangan pasar, demikian laporan  Reuters,  di New York, Selasa (2/3) atau Rabu (3/3) pagi WIB.
Pada Selasa, "Wall Street sebagian besar mempertahankan kenaikan tajam di sesi Senin," yang membantu dolar AS "melemah selama sesi New York," ujar Ronald Simpson, Direktur Pelaksana Action Economics.
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama, turun 0,31% menjadi 90,731, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi tiga pekan di 91,396.
Euro naik 0,36% menjadi USD1,2092.
Kenaikan imbal hasil terjadi karena pelaku pasar khawatir pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19, dikombinasikan dengan stimulus fiskal, akan menyebabkan lonjakan inflasi dan kemungkinan pengetatan yang lebih cepat dari Federal Reserve.
Volatilitas tersebut juga mendorong  greenback  karena investor membatalkan  short position  dalam mata uang itu.
"Jika kita melihat volatilitas, kecenderungan alaminya adalah menghindari risiko; dalam hal ini pada dasarnya berarti keluar dari posisi yang ada, dan  short position  dolar sangat tinggi pada saat ini," kata Bipan Rai, analis CIBC Capital Markets di Toronto.
Data dari Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka Amerika menyebutkan  short position  dolar AS adalah USD29,33 miliar pada pekan yang berakhir hingga 23 Februari.
Mata uang berisiko termasuk dolar Australia terus rebound dari aksi jual pekan lalu, dengan Aussie juga menguat setelah Reserve Bank of Australia berkomitmen kembali untuk mempertahankan suku bunga pada posisi terendah dalam sejarah.
Terakhir, mata uang itu naik 0,77% menjadi USD0,7831, meski tetap di bawah level tertinggi tiga tahun USD0,8007 yang dicapai pada sesi Kamis.
Karen Jones, analis teknikal Commerzbank, mengatakan Aussie dan mata uang berisiko lainnya termasuk krone Norwegia, tampaknya berbalik dari posisi puncak sementara, yang kemungkinan akan positif bagi dolar AS dalam jangka pendek.
"Tren penurunan dolar AS mungkin sudah berakhir" untuk saat ini, kata Jones dalam sebuah laporan.
Terakhir,  greenback  anjlok 1,09% menjadi 8,466 krone, tetapi bertahan di atas level 8,313 krone per dolar yang dicapai minggu lalu, tingkat terlemah bagi dolar dalam lebih dari dua tahun.
Mata uang  safe-haven  termasuk franc Swiss dan yen Jepang, sementara itu, berakhir sedikit lebih kuat, membalikkan pelemahan sebelumnya.
Franc Swiss sebelumnya mencapai level terendah sejak November 2020 terhadap dolar di 0,9193 sedangkan yen mencatat tingkat terlemah sejak Agustus di 106,95. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM