News & Research

Reader

ECB Indikasikan Kenaikan Suku Bunga, Euro Melambung
Tuesday, May 24, 2022       05:51 WIB

Ipotnews - Indeks Dolar tersungkur, Senin, sementara euro melesat setelah Bank Sentral Eropa mengindikasikan pergerakan dari suku bunga negatif, dan mata uang berisiko menguat bersamaan dengan ekuitas.
Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan dalam sebuah posting blog bahwa bank itu kemungkinan akan mengangkat suku bunga deposito kawasan euro dari wilayah negatif pada akhir September, dan dapat menaikkannya lebih lanjut jika melihat inflasi stabil di level 2%.
Setelah tergelincir pekan lalu, bursa ekuitas Wall Street mengikuti pasar saham Eropa yang bergerak lebih tinggi pada sesi Senin.
Reli euro terjadi karena dolar turun secara luas setelah terpukul aksi jual hebat pekan lalu, demikian laporan  Reuters,  di New York, Senin (23/5) atau Selasa (24/5) pagi WIB.
Investor memiliki selera yang lebih besar untuk aset berisiko, Senin, karena mereka bereaksi terhadap komentar Lagarde dan meredanya kekhawatiran bahwa resesi Eropa akan segera terjadi sementara prospek Amerika tampak kurang menginspirasi, menurut Erik Nelson, analis Wells Fargo, New York.
"Kita melihat lebih banyak optimisme seputar pertumbuhan global - pertumbuhan Eropa, pertumbuhan China, pertumbuhan Inggris, dan sedikit optimisme tentang pertumbuhan Amerika. Jadi tema divergensi pertumbuhan benar-benar hal yang besar dan tidak disukai dolar," ujar Nelson.
Euro tercatat sebagai  top gainer , terakhir melonjak 1,13% menjadi USD1,0687, setelah meroket sebanyaknya 3,4% dari level terendah intraday multi-tahun di USD1,0349 pada 13 Mei.
Indeks Dolar AS (Indeks DXY), ukuran  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama--yang mencapai level tertinggi dua dekade di 105,01 pada 13 Mei--terakhir turun 0,82% menjadi 102,09.
"Investor masih tertarik pada  greenback , tetapi tekanan  foreign currency  ke sisi atas menciptakan sedikit hambatan bagi dolar AS," kata JB Mackenzie, Direktur Pelaksana Charles Schwab.
Secara khusus, Mackenzie menunjuk keperkasaan euro setelah indikasi ECB akan menjadi lebih  hawkish. 
"Semua pihak menaikkan suku bunga. ECB adalah yang terakhir melakukannya, sehingga itulah yang memberi tekanan pada euro. Sekarang tiba-tiba, kita mulai mendengar bahwa mereka akan mengubah rute kebijakannya," kata Mackenzie.
Apakah dolar mengambil nafas atau terus jatuh akan tergantung pada berita dari Federal Reserve, tutur Mackenzie, yang akan mencermati petunjuk kebijakan dalam risalah pertemuan The Fed, yang akan dirilis minggu ini.
Dolar AS melonjak tahun ini tetapi dengan ekspektasi untuk kenaikan suku bunga berulang sudah diperhitungkan, ungkap Nelson, yang mengatakan  greenback  mungkin akan diperdagangkan  sideways  untuk beberapa waktu.
Dolar Australia, yang awalnya menunjukkan  muted reaction  terhadap kemenangan Partai Buruh dalam pemilu akhir pekan lalu, naik 0,77% menjadi USD0,7106.
Sementara, franc Swiss menguat terhadap dolar setelah anggota dewan pengurus Swiss National Bank, Andrea Maechler, mengatakan pihaknya akan memperketat kebijakan moneter jika inflasi di Swiss tetap tinggi. Dolar terakhir turun 0,89% terhadap franc Swiss setelah mencapai level terendah sejak akhir April.
Sentimen seputar China juga membantu mata uang yang lebih berisiko. Shanghai keluar dari penguncian terkait pandemi, dan penurunan suku bunga lebih besar dari ekspektasi di China, pekan lalu, meyakinkan investor. China juga akan memperluas rabat kredit pajaknya, menunda pembayaran jaminan sosial dan pembayaran pinjaman, meluncurkan proyek investasi baru serta mengambil langkah lain untuk mendukung ekonomi, kata kabinet, Senin.
Yuan mengalami minggu terbaiknya sejak akhir 2020, pekan lalu, dan di pasar  offshore  pada sesi Senin naik menjadi 6,704 per dolar, tingkat terkuat sejak awal Mei.
Geopolitik juga menjadi fokus di Asia minggu ini ketika Presiden AS Joe Biden mengunjungi wilayah tersebut. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM