News & Research

Reader

IPPE Dan WIKA Jadi Emiten Top Losers Kompas100 Sejak Akhir 2022 - Mei 2023
Friday, June 02, 2023       13:48 WIB

Ipotnews - IPPE dan WIKA menjadi emiten yang mengalami penurunan harga saham terbesar sejak akhir tahun 2022 - Mei 2023, dalam jajaran Indeks Kompas100.
Mengutip data Ipotnews, berikut ini daftar lima emiten Kompas100 dengan penurunan harga saham terbesar (top losers) periode 30 Desember 2022 - 31 Mei 2023 :
1. PT Indo Pureco Pratama Tbk ( IPPE ), harga sahamnya melemah dari 84 poin menjadi 50, atau turun 62,7%.
2. PT Wijaya Karya ( WIKA ), harga sahamnya melemah 444 poin menjadi 366, atau turun 54,8%.
3. PT Adaro Minerals Tbk ( ADMR ), harga sahamnya melemah 915 poin menjadi 780, atau turun 54,0%.
4. PT Surya Esa Perkasa Tbk ( ESSA ), harga sahamnya melemah 432 poin menjadi 488, atau turun 47,0%.
5. PT Adaro Energy Indonesia Tbk ( ADRO ), harga sahamnya melemah 1.760 poin menjadi 2.040, atau turun 46,3%.
Senior Investment Information, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan pelemahan harga saham karena IPPE minim aksi korporasi. "Selain itu emiten ini minim katalis positif yang diperlukan untuk membuat lebih banyak dilirik investor," kata Nafan saat dihubungi Ipotnews, Jumat (2/6).
PT Indo Pureco Pratama Tbk ( IPPE ) membukukan laba bersih pada Quarter 1 2023 sebesar 1,5 miliar. Naik bila di bandingkan dengan periode yang sama di tahun 2022 sebesar 1,1 miliar. Dengan demikian, laba bersih per saham setara dengan Rp0.34 per lembar.
Kemudian pelemahan harga saham WIKA karena restrukturisasi utang yang tengah diajukan WIKA . "Ini menjadi sentimen negatif bagi investor sehingga harga saham WIKA terdepresiasi," tutup Nafan.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk ( WIKA ) melaporkan bahwa saat ini perseroan sedang mengajukan standstill agreement (persetujuan penghentian bunga pinjaman) kepada lembaga keuangan yang menjadi lender WIKA .
Berdasarkan surat WIKA kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI) tertanggal 26 Mei 2023 yang ditandatangani Corporate Secretary Wijaya Karya, Mahendra Vijaya, pengajuan standstill tersebut hanya terjadi di level induk perusahaan atau tidak berlaku bagi anak perusahaan WIKA .
Manajemen WIKA menyampaikan, pengajuan standstill bertujuan untuk memperbaiki struktur keuangan perseroan secara jangka panjang yang disebabkan adanya ketidakselarasan pinjaman untuk pendanaan pada investasi jangka panjang. Sejauh ini investasi tersebut belum mampu memberikan return kepada WIKA .
WIKA membukukan performa buruk di kuartal I 2023. Kinerja Perseroan balik arah dari laba bersih sebesar Rp9,47 miliar pada kuartal I-2022 menjadi rugi bersih sebesar Rp526,52 miliar pada kuartal I-2023.
Berdasarkan Keterbukaan Informasi di situs BEI, Senin (8/5), WIKA tercatat mengalami peningkatan pendapatan bersih sebanyak 37,34%, dari Rp3,16 triliun pada Q1-2022 menjadi Rp4,34 triliun pada Q1-2023.
Selain itu, jumlah beban pokok pendapatan WIKA ternyata meningkat 43,57% dari semula Rp2,80 triliun pada Q1-2022 menjadi Rp4,02 triliun pada Q1-2023. Sehingga per Q1-2023, WIKA tercatat meraih laba kotor sebesar Rp323,11 miliar, menurun dari periode yang sama tahun lalu sebanyak Rp358,12 miliar pada Q1-2022.(Adhitya)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM