News & Research

Reader

Lambatnya Vaksinasi Adang Pemulihan Ekonomi Dunia
Monday, January 25, 2021       10:03 WIB

Ipotnews - Perekonomian dunia menghadapi awal tahun 2021 yang lebih keras dari ekspektasi karena lonjakan infeksi virus korona dan perlu lebih banyak waktu untuk melaksanakan program vaksinasi.
Meskipun pertumbuhan global masih dalam jalur pemulihan dari resesi tahun lalu, namun kemungkinan perlu waktu lebih lama untuk bergerak lancar dan tidak sesehat perkiraan sebelumnya. Bank Dunia bulan ini telah memangkas prediksinya menjadi 4% untuk tahun 2021, dan Dana Moneter Internasional minggu ini akan memperbarui pandangannya.
Resesi  double-dip  diperkirakan terjadi di Jepang, kawasan euro dan Inggris karena diberlakukannya pembatasan aktvitas sosial untuk mengekang penyebaran virus. Rekor kasus di AS memangkas belanja ritel dan perekrutan pekerja, mendorong pemerintahan baru Presiden Joe Biden untuk mencari tambahan stimulus fiskal senilai USD1,9 triliun.
Sejauh ini, hanya China yang berhasil mangalami pemulihan berbentuk V karena berhasil mengatasi penyebaran Covid-19 lebih awal, namun demikian konsumen tetap waspada dengan mengunci sebagian Beijing.
Indikator frekuensi tinggi yang dilacak oleh Bloomberg Economics menunjukkan awal yang bermasalah untuk tahun ini dengan catatan pelemahan di negara-negara maju dan perkembangan yang melenceng di  emerging market .
"Itu adalah cerminan dari kenyataan pahit bahwa, sebelum perluasan penyebaran vaksin, kembali ke keadaan normal adalah prospek yang tidak mungkin," kata Tom Orlik, kepala ekonom di Bloomberg Economics.
Ini adalah pandangan tajam yang dihadapi para pembuat kebijakan setelah dukungan fiskal senilai USD12 triliun dan triliunan pencetakan uang oleh bank sentral gagal memperkuat pemulihan. Federal Reserve AS akan menggelar rapat kebijakan pekan ini.
Optimisme Pasar
Ketika prospek ekonomi semakin menyuram seiring berlalunya pekan-pekan pertama 2021, pasar keuangan terus menguat karena optimisme stimulus pemerintah dan peluncuran vaksin akan mendorong pemulihan. Saham global mencapai level tertinggi sepanjang masa pada pekan lalu.
Ketidakseimbangan kemungkinan akan muncul dalam pernyataan para pemimpin global termasuk Presiden China Xi Jinping, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel dan lainnya yang akan berbicara pada acara online yang diselenggarakan oleh Forum Ekonomi Dunia dari 25 Januari hingga 29 Januari.
AS, Inggris, dan Uni Eropa mulai mendistribusikan vaksinnya, menyiapkan skenario di mana beberapa bagian dunia mencapai kekebalan komunitas sementara yang lain tertinggal, membebani ekonomi negara-negara yang lebih miskin.
"Meskipun ada cahaya di ujung terowongan, masih ada jalan yang panjang dan sulit di depan sebelum kita keluar," kata Erik Nielsen, kepala ekonom Unicredit SpA. "Selama pandemi meneror sebagian dunia, normalitas tidak akan pulih di mana pun," imbuhnya seperti dikutip Bloomberg, Minggu (24/1).
Proyeksi optimistis bergantung pada pihak berwenang yang mengeluarkan vaksin dengan skala lebih besar pada pertengahan tahun dan mensterilkan ancaman varian virus yang lebih menular. Ketentuan kebijakan moneter yang mudah dan harapan bahwa pemerintah tidak akan menarik kembali dukungan mereka terlalu dini setelah krisis keuangan, juga akan membantu.
Penguncian dan pembatasan lain pada aktivitas sosial tampaknya tidak memberikan dampak ekonomi yang merugikan kali ini dibandingkan tahun lalu, karena konsumen dan bisnis telah menemukan cara untuk beradaptasi. Dan kepemimpinan China dalam pemulihan global menunjukkan apa yang mungkin dilakukan setelah virus dikendalikan.
"Kuartal pertama akan lebih buruk dari yang kami perkirakan," kata Shaun Roache, kepala ekonom Asia Pasifik di S&P Global Ratings di Singapura. "Tapi kami melihat pemulihan yang tertunda, bukan tergelincir." (Bloomberg)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM