News & Research

Reader

Market Review Fixed Income 2018/10/18
Thursday, October 18, 2018       11:55 WIB

Download PDF

Market Review
Pada Rabu (17/10) volume perdagangan SBN menjadi sebesar Rp14,6 triliun dengan frekuensi perdagangan menjadi 880 kali. Volume jual-beli obligasi korporasi pada Rabu (17/10) menjadi sebesar Rp1,44 triliun, dengan frekuensi perdagangan menjadi 118 kali. Selanjutnya, harga rata-rata surat berharga negara (SBN) dengan 20 volume perdagangan tertinggi ditutup dengan harga 94,6, sedangkan harga obligasi korporasi ditutup dengan rata-rata harga di 98,8. Sementara itu, obligasi yang diperdagangkan antara lain FR0064 (jatuh tempo 15/05/28; 84,7; 8,4%) dan FR0065 (jatuh tempo 15/05/33; 82,3; 8,8%); obligasi IV Tahap IIIA (26/08/19; 99,3; 8,27%; AAA) dan Obligasi II Tahap IIIA (13/05/19; 98,9; 8,04%; AAA).
Ringkasan Berita
Permintaan ORI015 Melampaui ORI014

Nilai pemesanan ORI015 sudah mencapai Rp9,4 triliun hingga Selasa (16/10), lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pemesanan ORI014 senilai Rp8,9 trilun tahun lalu, berdasarkan keterangan Direktorat Jendral Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR). DJPPR menyampaikan perbedaan permintaan ini disebabkan oleh perbedaan tingkat kupon ORI015 senilai 8,25% dibandingkan kupon ORI014 senilai 5,85%. Selain itu, kupon ORI015 dinilai tidak berbeda jauh dibandingkan dengan yield SUN dengan tenor yang sama senilai 8,19%. DJPPR juga mengungkapkan pemerintah hanya membutuhkan Rp13-16 triliun untuk mencapai target penerbitan bruto SBN tahun ini.
Perbankan Sinyalkan akan Menaikkan Suku Bunga Deposito dan Kredit
Berdasarkan Survei Perbankan Indonesia, perbankan Indonesia akan menaikkan suku bunga atas penempatan dana, kredit investasi, dan konsumsi masing-masing sebesar rata-rata 14bps, 4bps, dan 8bps. Direktur PT Bank Mandiri menuturkan bahwa perseroan akan menaikkan suku bunga secara bertahap pada deposito dan sejumlah kredit konsumsi dan perusahaan besar. Untuk Mandiri, kredit perumahan akan dinaikkan sebesar 25-50 bps dan hanya akan berlaku untuk kredit baru. Selain itu, Bank Mandiri juga telah menaikkan bunga DPK sebesar 25bps. Sejalan dengan Bank Mandiri, Bank OCBC dan Bukopin juga akan menyesuaikan tingkat suku bunga deposito dan kredit secara bertahap.
Perusahaan Pembiayaan Tetap Akan Aktif dalam Penerbitan Obligasi
Tren kenaikan suku bunga diprediksi tidak akan mensurutkan minat perusahaan pembiayaan dalam penerbitan surat utang, didorong oleh jumlah surat utang yang akan jatuh tempo pada kuartal IV-2018 senilai Rp36 triliun. Saat ini pasar mengamati beberapa risiko terkait investasi pada surat utang perusahaan pembiayaan. Pertama, risiko likuiditas yang bertumbuh seiring penurunan penyaluran kredit perbankan ke sektor pembiayaan (dari 10,4% pada Juni 2017 menjadi 8,8% pada Juni 2018) dan kenaikan NPL sektor pembiayaan (dari 0,8% pada Desember 2017 menjadi 1,6% pada Juni 2018). Kedua, risiko pembiayaan kembali (refinancing), seiring kebutuhan pendanaan yang menjadi model bisnis pembiayaan. Pengamat mengingatkan bahwa perusahaan pembiayaan yang terafiliasi dengan group besar dan pemerintah akan berada pada posisi yang lebih baik. Pefindo sendiri telah melakukan penyesuaian peringkat pada tiga perusahaan pembiayaan (PT Batavia Prosperindo Finance, PT Mandala Multifinance, dan PT Andalan Finance) dengan outlook negatif (yang sebelumnya stabil).
Penerbitan MTN Tahun ini Diperkirakan Menurun
Penerbitan surat utang jangka menengah (MTN) diprediksi menurun, sebagaimana tercermin melalui nilai mandat penerbitan MTN kuartal IV-2018 yang menurun menjadi Rp6,8 triliun (dibandingkan dengan kuartal IV-2017 senilai Rp14 triliun). Beberapa faktor yang melatarbelakangi menyangkut: (1) kasus gagal bayar SNP Finance yang menciptakan sentimen negatif terhadap instrumen ini, (2) rencana OJK untuk menertibkan penerbitan MTN dengan mewajibkan pencatatan di BEI dan penerapan peringkat, serta (3) Karena teguran OJK, terjadi pengalihan dana dari MTN ke instrumen lain oleh pelaku industri asuransi dan dana pensiun. Selain itu, adanya pembatasan yang muncul dimana pelaku asuransi dan dana pensiun tidak disarankan melakukan pembelian MTN secara langsung dan hanya dapat dilakukan melalui reksadana yang memiliki eksposur MTN didalamnya. Dikarenakan dibatasinya penggunaan MTN sebagai aset dasar produk dasar, pasar MTN didominasi oleh investor ritel yang memiliki profil likuiditas rendah. Namun, OJK mencatatkan lima perusahaan akan menerbitkan lima MTN, yakni (i) MTN Hasjrat Multifinance II Seri B senilai Rp400 miliar dengan tingkat kupon 9,75% dan jatuh tempo pada 7 Oktober 2020, (ii) MRN Medco VI Tahun 2018 senilai US$67 juta dengan tingkat kupon 5,75% dan jatuh tempo pada 5 Oktober 2021, (iii) MTN Mahkota Sentosa Utama I Tahun 2018 Seri A senilai Rp4,8 miliar dengan tingkay kupon 11,3%, (iv) MTN Girimulia Perkasa Jaya I Tahun 2018 senilai Rp265 miliar dengan tingkat kupon 6,6% dan jatuh tempo pada 4 Juli 2022, dan (v) MTN Puji Surya Indah I Tahun 2018 Seri B senilai Rp35 miliar yang jatuh tempo pada 19 Oktober 2023
Sumber: Bisnis Indonesia, Investor Daily

Sumber : IPS RESEARCH

powered by: IPOTNEWS.COM