News & Research

Reader

Petrosea (PTRO) raih kontrak sebesar US$ 919 juta sampai akhir tahun lalu
Monday, April 22, 2019       19:08 WIB

JAKARTA. PT Petrosea Tbk () telah menggenggam nilai kontrak di tangan atau  backlog  sebesar US$ 919,60 juta tumbuh 32,1% dari perolehan kontrak yang mereka dapat pada 2017 senilai US$ 696,20 juta.
Direktur Independen Petrosea Romi Novan Indrawan mengatakan, mayoritas perolehan kontrak berasal dari lini bisnis kontraktor pertambangan senilai US$ 696 juta. Salah satu kontrak tersebut didapat dari PT Kideco Jaya Agung yang berjangka waktu lima tahun dengan nilai kontrak Rp 4,8 triliun
Novan melanjutkan, emiten berkode saham ini membidik penambahan kontrak sebesar 30% dari total kontrak yang sudah didapat atau sekitar US$ 275,88 juta. "Terbesar masih dari  mining  dan juga dari konstruksi," katanya, Senin (22/4).
Sampai kuartal 1 2019, sudah mendekap kontrak sebesar US$ 27 juta. Kontrak itu merupakan tambahan dari Kideco Jaya Agung dan Binuang Mitra Bersama.
Dengan tambahan kontrak itu, menargetkan volume pemindahan lapisan tanah penutup 137 juta bank cubic meter (BCM) naik sekitar 13,22% daripada realisasi pada 2018 121,19 BCM serta target produksi batubara 38 juta ton.
Sampai kuartal 1 2019, realisasi volume pemindahan lapisan tanah penutup sebanyak 28,6 BCM dengan produksi batubara 7,1 juta ton.
Presiden Direktur Hanifa Indradjaya mengaku tantangan utama pada semester dua ialah curah hujan yang cukup tinggi. "Perbandingannya realisasi kuartal 1 tahun lalu sekitar 30 juta BCM, masih di level yang sama," ujarnya.
Siapkan belanja modal
Guna menambah kapasitas produksi saat ini , anak usaha PT Indika Energy Tbk () ini telah menyiapkan belanja modal sebesar US$ US$ 175 juta atau 68,27% lebih besar dari serapan belanja modal atau capex 2018 US$ 104,16 juta.
Novan merinci sebesar US$ 100 juta akan digunakan untuk menambah kapasitas dengan membeli alat berat, bakal menambah delapan fleet. Saat ini kapasitas terpasang mereka 140 BCM dengan utilisasi 100%.
"US$ 100 juta untuk menambah kapasitas, kemudian US$ 30 juta untuk perbaikan," imbuhnya.
Belanja modal mereka peroleh dari kas internal dan pinjaman. "Untuk yang penambahan alat berat sebesar US$ 100 juta, US$ 60 jutanya diperoleh dari pinjaman," tuturnya.

Sumber : KONTAN.CO.ID

powered by: IPOTNEWS.COM