News & Research

Reader

Spread Suku Bunga Kemungkinan Melebar, Pertanda Baik untuk Aliran Dana ke Indonesia - Ashmore
Sunday, December 10, 2023       10:15 WIB

Ipotnews - Bursa saham Indonesia mengakhiri sesi perdagangan di pekan awal Desember, Jumat (8/12), dengan mencatatkan kenaikan 0,35% menjadi 7.160, lebih tinggi dari penutupan pekan sebelumnya di posisi 7.094. Investor asing mencatatkan arus keluar ekuitas sebesar USD56 juta dalam sepekan terakhir.
PT Ashmore Asset Management Indonesia mencatat beberapa peristiwa penting yang mempengaruhi pergerakan dana di pasar modal dalam dan luar negeri, antara lain;
o Jumlah lowongan pekerjaan di AS pada Oktober lalu, menurun sebesar 617.000 dari bulan sebelumnya menjadi 8,733, level terendah sejak Maret 2021, dan berada di bawah konsensus pasar sebesar 9,3 juta.
o Surplus perdagangan Jerman melebar menjadi EUR17,8 miliar pada Oktober lalu, melampaui ekspektasi pasar sebesar EUR17,1 miliar, naik dari revisi kecil sebesar EUR16,7 miliar pada bulan sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh penurunan impor yang lebih tajam dibandingkan ekspor.
o Surplus perdagangan China meningkat menjadi USD68,39 miliar pada November kemarin, dari USD66,49 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya, melampaui perkiraan pasar sebesar USD58 miliar. Ekspor meningkat secara tak terduga sementara impor turun secara mengejutkan.
o Perekonomian Australia tumbuh 0,2% qoq di Q3 tahun 2023, di bawah perkiraan pasar dan turun dari pertumbuhan 0,4% di Q2. Laju ekspansi ini merupakan yang paling lambat sejak kuartal ketiga tahun 2022 karena berkurangnya pertumbuhan investasi tetap, terhentinya konsumsi rumah tangga, dan perdagangan bersih berkontribusi negatif.
o Cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi USD 138,1 miliar pada November 2023 dari USD 133,1 miliar pada bulan sebelumnya, yang merupakan jumlah terbesar sejak bulan Mei. Peningkatan tersebut didorong oleh penerbitan sukuk global dan penarikan pinjaman luar negeri oleh pemerintah, serta penerimaan pajak dan jasa.
 Weekly Commentary,  Ashmore, Jumat (8/12) mencermati beberapa hal, sebagai berikut;
Apa yang terjadi seminggu terakhir ini?
Ashmore mencatat, pada pekan ini, IHSG ditutup menguat dibandingkan pekan sebelumnya, terutama didorong oleh sektor Bahan Baku dan Infrastruktur yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 10,68% dan 8,55% terhadap indeks.
Rilis data tenaga kerja AS menunjukkan pelemahan. Lowongan pekerjaan turun mencapai tingkat yang terakhir terlihat pada bulan Maret 2021, terutama dengan penurunan lapangan kerja di bidang layanan kesehatan dan bantuan sosial. Sementara itu, China terus menunjukkan tanda-tanda positif, dengan PMI Jasa Caixin dan Neraca Perdagangan yang mengalahkan perkiraan terbaru.
Di sisi lain, Ashmore menambahkan, perekonomian Australia tumbuh pada tingkat pertumbuhan triwulanan yang paling lambat sejak kuartal ketiga tahun 2022, namun secara  year to date  PDB mereka tumbuh sebesar 2,1%, mengalahkan perkiraan sebesar 1,8%.
"Akhir-akhir ini kita melihat kenaikan indeks IHSG , didorong oleh saham-saham yang kurang likuid yang akhir-akhir ini semakin populer, namun saham-saham berkapitalisasi besar masih relatif  undervalued  dan tetap menarik bagi investor," tulis Ashmore.
Tren akan bertahan?
Ashmore menyoroti, dengan waktu kurang dari seminggu sebelum rapat terakhir FOMC tahun ini, pasar global tetap yakin bahwa suku bunga akan dipertahankan hingga awal tahun depan. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengangguran yang lebih tinggi dari perkiraan pada bulan lalu dan juga tingkat inflasi yang lebih rendah dari perkiraan.
"Kita juga melihat survei Lowongan Kerja baru-baru ini yang menunjukkan melemahnya pasar tenaga kerja. Namun, mulai sekarang hingga pertemuan FOMC berikutnya, pasar terus mengamati angka pengangguran resmi serta tingkat inflasi utama dan inti, yang merupakan faktor utama dalam menentukan keputusan dan prospek The Fed untuk tahun mendatang," papar Ashmore.
Untuk saat ini CME FedWatch Tool menunjukkan probabilitas 98% tidak adanya perubahan suku bunga The Fed pada rapat mendatang, dan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 1,25% pada akhir tahun 2024.
Ashmore juga mencermati, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS masih mempertahankan tren penurunan sejak puncaknya pada pertengahan Oktober ketika imbal hasil 2 tahun hampir mencapai 5%.
"Investor obligasi yang bullish memperkirakan data pertumbuhan ketenagakerjaan dan upah yang moderat akan dirilis minggu ini, namun mungkin ada pembalikan jangka pendek karena berita yang mengejutkan," ungkap Ashmore.
Imbal hasil obligasi Indonesia juga mengikuti tren serupa dengan imbal hasil obligasi 10 tahun mencapai 6,61%, dan kurva imbal hasil terus mendatar. Perkiraan tingkat suku bunga pada akhir tahun 2024 di AS adalah sekitar 4,5% dan Indonesia sekitar 5,5%.
Menurut Ashmore, kondisi ini menyiratkan bahwa  spread  suku bunga mungkin melebar dan ini merupakan pertanda baik akan semakin banyaknya aliran dana ke Indonesia. "Imbal hasil obligasi terus turun dengan ekspektasi perputaran yang lebih cepat," sebut Ashmore.
Sementara itu, konflik global dan ketidakpastian lokal terus meningkatkan volatilitas. "Kami terus menyoroti pentingnya diversifikasi antar kelas aset dan merekomendasikan ASDN dan ADPN untuk ekuitas serta ADON dan ADOUN untuk obligasi." (Ashmore).

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM