Ipotnews - Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2025 diprediksi mencapai USD2,5 miliar - USD3 miliar.
Ekonom dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia ( LPPI ), Ryan Kiryanto mengatakan surplus neraca perdagangan RI kemungkinan masih akan tetap surplus sampai akhir 2025. "Tetapi besaran surplusnya akan semakin mengecil ke depan," kata Ryan saat dihubungi Ipotnews, Selasa (18/2).
Penyebab utamanya adalah kebijakan ekonomi Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang sangat tidak pro pasar global. Kebijakan ekonomi dia berisiko memicu inflasi global masih akan tetap tinggi sehingga berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia.
"Tentu berakibat resiko melemahnya harga minyak dunia yang bisa menyeret pelemahan harga komoditas lain seperti CPO dan batubara. Ini akan melemahkan kinerja ekspor Indonesia," ujar Ryan.
Oleh sebab itulah Ryan memperkirakan surplus neraca perdagangan RI pada bulan ini mungkin tidak akan sebesar bulan lalu. "Kemungkinan ada di kisaran USD2,5 miliar - USD3 miliar," pungkas Ryan.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan pada Januari 2025. Surplus pertama di 2025 ini mencapai USD3,45 miliar, dipicu oleh nilai impor yang lebih rendah yakni USD18 miliar, sementara ekspor mencapai USD21,45 miliar.
Ini adalah surplus selama 57 bulan beruntun sejak Mei 2020. Capaian surplus Januari 2025 lebih tinggi dibandingkan Desember 2024 yang mencapai USD2,24miliar.
Surplus awal tahun ini jauh di atas dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari sembilan lembaga. Konsensus ini memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Januari 2025 akan mencapai USD1,78 miliar.
(Adhitya)
Sumber : admin
powered by: IPOTNEWS.COM