News & Research

Reader

The Fed Isyaratkan Tahan Suku Bunga, Penguatan Greenback Terpangkas
Thursday, June 01, 2023       05:58 WIB

Ipotnews - Dolar AS mundur dari level tertinggi lebih dari dua bulan, Rabu, setelah pejabat Federal Reserve memperingatkan setiap keputusan oleh bank sentral untuk menahan suku bunga acuan pada pertemuan yang akan datang tidak berarti bahwa pengetatan kebijakan moneter dilakukan.
Dalam sambutannya, Rabu, Gubernur the Fed dan calon wakil ketua Philip Jefferson mengatakan bahwa melewatkan kenaikan suku bunga akan memungkinkan Fed "melihat lebih banyak data sebelum membuat keputusan tentang sejauh mana penguatan kebijakan tambahan."
Investor mengatur ulang ekspektasi setelah komentar Jefferson, dengan perhitungan pasar berjangka terkait dengan tingkat kebijakan Fed hanya mencerminkan satu dari tiga peluang kenaikan suku bunga pada pertemuan Juni, demikian laporan  Reuters,  di Washington, Rabu (31/5) atau Kamis (1/6) pagi WIB.
Di awal sesi, setelah Departemen Tenaga Kerja Amerika melaporkan lowongan kerja meningkat menjadi 10,103 juta pada April, pasar suku bunga berjangka memperkirakan peluang kenaikan sebesar 71%.
Presiden Federal Reserve Bank of Philadelphia Patrick Harker, Rabu, juga mengatakan bahwa dia cenderung untuk mendukung "melewati" kenaikan suku bunga pada pertemuan bank sentral berikutnya di Juni.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama menguat ke posisi 104,63 pada awal sesi, tertinggi sejak 16 Maret. Terakhir, indeks tersebut naik 0,259% menjadi 104,300.
Euro jatuh ke USD1,066 di awal sesi, terendah sejak 20 Maret, setelah data menunjukkan inflasi Eropa mendingin lebih cepat dari ekspektasi. Terakhir euro turun 0,58% versus dolar AS menjadi USD1,06735.
Kendati probabilitas resolusi dari kebuntuan plafon utang AS kemungkinan membuat dolar tetap tinggi, kesepakatan final pada akhirnya dapat membuka jalan bagi investor untuk mencari lebih banyak risiko, tutur Juan Perez, Direktur Monex USA.
"Risk appetite akan muncul kembali setelah kita setidaknya dapat mencerna dan bereaksi terhadap fakta bahwa Amerika Serikat akan stabil dan baik-baik saja. Tetapi sampai itu terjadi dan ditetapkan, dolar akan bertahan pada tingkat ini," kata dia.
Data ekonomi yang lemah dari China juga mendorong dolar AS, kata para analis. Survei yang dirilis Rabu menunjukkan aktivitas pabrik China menyusut lebih cepat dari ekspektasi pada Mei, dalam tanda terbaru bahwa pemulihan negara itu dari penguncian Covid-19 terlihat goyah.
Yuan China jatuh ke level terendah sejak November, dan terakhir turun versus greenback di 7,1197 per dolar.
"Kita melihat penguatan dolar setelah data China lebih lemah dari perkiraan. Itu adalah penggerak utamanya," ujar Chris Gaffney, Presiden TIAA Bank. "Ini memberi investor sedikit kekhawatiran, pemulihan global dan kemungkinan bahwa kita akan melihat ekonomi global tergelincir ke dalam resesi."
Di hari yang sibuk di pasar mata uang, dolar AS melemah terhadap yen Jepang, dan terakhir turun 0,34% menjadi 139,33.
Poundsterling terakhir diperdagangkan USD1,2422 versus greenback, naik 0,08%. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM


Berita Terbaru