News & Research

Reader

Utangmu Selalu Menjadi Tanggung Jawabmu, walaupun Penyebabnya Bukan Tanggung Jawabmu
Friday, May 27, 2022       16:19 WIB

Pada artikel sebelumnya yang berjudul Manajemen Resiko Bisa Mencegah Timbulnya Utang, kita telah membahas bahwa sebagian besar utang terjadi pada orang yang baik ( good people ) - dalam arti bahwa utang terjadi pula bukan hanya pada orang yang gemar menghambur-hamburkan uang (berfoya-foya), gemar membeli barang-barang yang tidak diperlukan, atau orang-orang yang gemar berjudi.
Sebaliknya, kondisi berutang seringkali merupakan akibat dari peristiwa 'kemalangan' seperti pemutusan hubungan kerja (PHK), perbaikan kendaraan yang dipakai ke kantor karena kecelakaan, sehingga menghabiskan biaya perbaikan puluhan juta rupiah, atau kebakaran rumah karena api yang menjalar dari rumah tetangga yang terbakar, atau sakit parah yang dialami oleh anggota keluarga sehingga perlu dirawat lama di rumah sakit, atau bahkan kematian yang terjadi pada tulang punggung keluarga.
Solusi manajemen resiko yang kita bahas dalam atikel itu ada dua, yaitu (1) Mengalihkan resiko kepada perusahaan asuransi (asuransi jiwa, asuransi kecelakaan diri, asuransi kesehatan, dan asuransi kerugian), dan (2) Membentuk dana cadangan untuk berjaga-jaga terhadap situasi darurat (emergency) tanpa harus terlibat utang.
Pada artikel kali ini, kita akan membahas 'mengapa persoalan utangmu selalu merupakan tanggung jawabmu - walaupun problem yang menyebabkan timbulnya utang itu bukan tanggung jawabmu'.
Hal ini penting untuk diketahui, karena dengan menyadari bahwa utang kita adalah tanggung jawab kita (walaupun problem yang menyebabkan utang tersebut bukan tanggung jawab kita), maka kita dapat segera melangkah ke upaya-upaya untuk melunasi utang itu, dan tidak terpaku pada problem yang menyebabkan utang tersebut.
Sebagai contoh, kita pulang kantor setelah bekerja lembur sampai malam, di tengah perjalanan pulang mobil kita ditabrak oleh pengendara lain (yang ugal-ugalan di jalan raya), yang kemudian melarikan diri. Biaya perbaikan mobil kita sangat besar sehingga kita terpaksa berutang melalui kartu kredit yang digesek sampai habis limitnya.
Penyebab utang ini adalah orang lain, tapi utang yang telah terjadi tetaplah menjadi tanggung jawab kita untuk melunasinya.
Kasus ini memperlihatkan pentingnya manajemen resiko seperti dibahas pada artikel sebelumnya. Pada intinya, kalau efek dari suatu resiko terlalu besar untuk kita tanggung sendiri, maka kita perlu mengalihkan resiko tersebut pada pihak yang sanggup menanggung resiko itu.
Dengan perkataan lain, kita perlu membeli polis asuransi. Tentu saja kita harus mengeluarkan uang untuk membayar preminya. Uang premi asuransi adalah jumlah yang wajib kita bayarkan untuk kepentingan manajemen resiko ini.
Kasus mobil yang ditabrak-lari mungkin cukup sering terjadi dan karenanya kita berpikir cukup layak bagi kita membeli asuransi mobil. Ambil contoh lain, misalkan Anda tinggal di perumahan yang padat di Jakarta Barat. Anda tidak membeli polis asuransi kebakaran atas rumah tinggal Anda. Anda mungkin berpikir, saya sudah hampir sepuluh tahun tinggal di sini dan rumah saya (dan tetangga-tetangga di sebelah saya) belum pernah mengalami kebakaran. Membeli asuransi kebakaran hanya buang-buang uang saja.
Lalu suatu hari terjadi kebakaran. Api bukan berasal dari rumah Anda, tetapi menjalar dari rumah tetangga. Biaya perbaikan rumah Anda demikian besarnya sehingga Anda terpaksa berutang ke bank. Anda terpaksa harus membayar cicilan selama beberapa tahun, untuk kesalahan (kebakaran) yang tidak Anda perbuat.
Dalam contoh kasus ini, telah terjadi peristiwa yang merupakan kemalangan yang menurut Anda tidak terduga. Menurut pendapat kami, jika dilihat hanya dalam jangka waktu setahun, peristiwa kebakaran rumah di kawasan padat penduduk di Jakarta Barat (contoh saja), adalah kemalangan yang tidak terduga.
Tetapi kalau kita melihat dalam perspektif yang lebih luas, misalnya selama umur hidup Anda, maka 'kemalangan' seperti ini adalah suatu kepastian yang akan terjadi. 'Kemalangan' itu bukan lagi kejadian tak terduga, tetapi hal yang pasti terjadi setiap dekade, kita hanya tidak tahu persisnya kapan.
Kita mempunyai dua pilihan di sini. Pertama adalah pindah ke perumahan yang tidak terlalu padat di pinggir Jakarta, kalau kita mempunyai uang. Kedua adalah mengalihkan resiko ini ke pihak asuransi, yang memang ahli dalam mengelola resiko kebakaran.
Premi asuransinya mahal? Bayangkan kalau kebakaran itu terjadi, mana yang lebih mahal? Premi asuransi adalah biaya untuk mengelola resiko yang harus Anda tanggung kalau memilih untuk tetap tinggal di situ.
Hal tak terduga lainnya, yang mungkin Anda pikir hanyalah kemalangan semata yang kebetulan menimpa sesorang. Tetapi menurut pandangan perencana keuangan, kemalangan itu adalah suatu kepastian yang pasti akan dialami setiap orang (hanya tidak tahu kapan akan terjadi). Kemalangan itu bisa berupa PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dan kemalangan berupa sakit berat pada anggota keluarga atau bahkan diri kita.
Anda mungkin berpikir bahwa Anda adalah pekerja keras yang loyal pada perusahaan dan merupakan aset perusahaan sehingga tidak mungkin Anda akan mengalami PHK. Anda mungkin juga berpikir bahwa Anda memiliki keahlian yang tidak dimiliki orang lain, sehingga pekerjaan Anda tidak mungkin hilang.
Tetapi Anda jangan lupa, bahwa PHK dapat terjadi bukan hanya karena kesalahan karyawan, atau ketidak-cakapan karyawan dalam bekerja. PHK juga dapat terjadi karena perusahaan bangkrut, salah satunya adalah karena efek pandemi ini. Untuk mengatasi resiko PHK ini, penting sekali untuk setiap keluarga memiliki dana cadangan minimal sebesar enam kali pengeluaran bulanan.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM