News & Research

Reader

Yen Lanjutkan Keperkasaan Ditopang Dugaan Intervensi Jepang
Friday, May 03, 2024       04:52 WIB

Ipotnews - Yen menguat, Kamis, menyusul reli tiba-tiba pada Rabu malam yang oleh trader dan analis dikaitkan dengan intervensi otoritas Jepang, sementara dolar secara umum melemah menjelang data ketenagakerjaan yang dirilis Jumat.
Pergerakan tajam yen pada sesi Rabu terjadi di masa tenang pasar setelah penutupan Wall Street, dan beberapa jam pasca Federal Reserve menyelesaikan pertemuan kebijakannya, demikian laporan  Reuters,  di New York, Kamis (2/5) atau Jumat (3/5) pagi WIB.
Chairman Fed Jerome Powell membenarkan ekspektasi bank sentral untuk memangkas suku bunga, namun mengakui bahwa langkah tersebut akan dilakukan lebih lambat dari perkiraan karena tingginya inflasi.
Namun dolar melemah karena the Fed tidak mengambil sikap yang lebih hawkish, termasuk potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Waktu intervensi ini bersifat "pragmatis", karena "volumenya sedikit, likuiditasnya tipis, dan ini lebih mudah untuk memberikan dampak pada saat itu," kata Brad Bechtel, analis Jefferies di New York.
Dolar terakhir merosot 0,9% menjadi 153,09 yen.
Wakil Menteri Keuangan Jepang untuk Urusan Internasional, Masato Kanda, yang mengawasi kebijakan mata uang di Kementerian Keuangan, mengatakan kepada  Reuters  bahwa dia tidak bisa berkomentar mengenai apakah Jepang telah melakukan intervensi di pasar.
Volatilitas pada sesi Rabu terjadi setelah pergerakan serupa, Senin, yang juga terjadi pada saat perdagangan relatif sepi.
"Jelas mereka ingin memberikan dampak sebesar-besarnya dan melakukannya seefisien mungkin," kata Bechtel.
Data resmi Bank of Japan mengindikasikan Jepang mungkin menghabiskan 3,66 triliun yen (USD23,59 miliar) pada sesi Rabu, dan 5,5 triliun yen (USD35,06 miliar) guna mendukung mata uang tersebut, Senin, untuk menariknya kembali dari posisi terendah dalam 34 tahun.
Meski intervensi yang dilakukan mungkin akan memberikan waktu bagi Jepang, trennya kemungkinan akan tetap negatif bagi yen sampai perekonomian Amerika Serikat melambat, dan selama Bank of Japan mengecewakan trader mengenai seberapa jauh bank tersebut bersedia menaikkan suku bunga.
Dolar masih melambung lebih dari 10% terhadap yen sejauh tahun ini, karena trader memundurkan ekspektasi mengenai waktu pemangkasan suku bunga pertama the Fed, sementara BOJ mengisyaratkan akan memperlambat pengetatan kebijakan lebih lanjut setelah menaikkan suku bunga pada pertemuan Maret untuk kali pertama sejak 2007.
Fokus utama ekonomi Amerika berikutnya yang dapat mendorong pergerakan lebih lanjut dalam dolar/yen adalah laporan ketenagakerjaan periode April, Jumat, yang diprediksi menunjukkan perusahaan menambah 243.000 pekerjaan selama bulan tersebut.
"Banyak hal bergantung pada laporan ketenagakerjaan besok," kata Marc Chandler, Chief Market Strategist Bannockburn Global Forex di New York.
Angka yang lebih lemah akan memberikan kelegaan bagi otoritas Jepang, dan kemungkinan bakal menurunkan imbal hasil US Treasury dan dolar. Sebaliknya, laporan yang kuat dapat membuat imbal hasil dan dolar AS lebih tinggi serta meningkatkan risiko intervensi lebih lanjut.
Jika imbal hasil US Treasury 10-tahun mendekati wilayah 5%, "Saya katakan dolar/yen akan mendapat tekanan lebih besar," ucap Chandler. "Ini semua tentang apa yang terjadi dengan suku bunga AS."
Terakhir, imbal hasil US Treasury 10-tahun berada di posisi 4,57%.
Data makro yang dirilis Kamis menunjukkan jumlah warga Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran tetap stabil pada tingkat yang rendah, pekan lalu.
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, turun 0,38% menjadi 105,31, sedangkan euro menguat 0,17% menjadi USD1,0728.
Dolar menyusut 0,59% menjadi 0,91 franc Swiss setelah inflasi tahunan Swiss pada April berakselerasi lebih cepat dari perkiraan. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM