News & Research

Reader

Yen Melambung Versus Dolar, Ditopang Dugaan Intervensi Jepang
Tuesday, April 30, 2024       05:20 WIB

Ipotnews - Mata uang Jepang melompat sebanyaknya 5 yen terhadap dolar, Senin, bangkit dari level terendah 34 tahun yang disentuh pada awal sesi, dengan trader mengutip intervensi pembelian yen oleh otoritas Tokyo untuk kali pertama dalam 18 bulan.
Pergerakan besar dan volatilitas perdagangan sepanjang hari untuk yen tersebut mengawali pekan yang sibuk bagi trader, dengan Federal Reserve memulai pertemuan kebijakan dua hari, Rabu, laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat, Jumat, serta data inflasi Eropa sepanjang minggu ini, diawali Jerman dan Spanyol.
Dolar melemah hingga 154,4 yen dalam pergerakan cepat yang menjatuhkannya dari level tertinggi intraday di 160,245, tertinggi sejak tahun 1990, memicu spekulasi Bank of Japan telah melakukan intervensi, demikian laporan  Reuters,  di New York, Senin (29/4) atau Selasa (30/4) pagi WIB.
Terakhir, greenback berada di posisi 156,01 yen, merosot 1,47%. Perdagangan di Asia lebih tipis dari biasanya karena libur Golden Week di Jepang. Dolar juga kembali mengalami penurunan tajam tak lama setelah tengah hari, melorot dari 156,495 menjadi 155,05 dalam rentang waktu enam menit.
"Waktunya sebenarnya masuk akal karena kita mendapati pasar yang lebih sepi, sehingga mereka akan mendapatkan efek yang lebih besar dari apa pun yang mereka lakukan dan itulah mengapa mereka memilih untuk melakukannya relatif lebih awal di pasar Asia, mereka dapat mendorongnya lebih banyak lagi," kata Joseph Trevisani, analis FX Street di New York.
Wakil Menteri Keuangan Jepang Masato Kanda menolak berkomentar ketika ditanya apakah otoritas melakukan intervensi, meski trader mengatakan mereka telah mengintervensi dan  Wall Street Journal  mengatakan otoritas Jepang telah melakukan intervensi, mengutip sejumlah narasumber.
Pasar mengantisipasi bahwa Jepang mungkin melakukan intervensi untuk menopang yen setelah mata uang tersebut anjlok lebih dari 10% terhadap dolar tahun ini.
"Ketika bank sentral mana pun mulai melakukan intervensi, ini akan membuat trader waspada. Itu membuat trader memikirkan kembali ukuran posisi mereka," kata Nate Thooft, Chief Investment Officer Manulife Investment Management di Boston.
Laporan mingguan komitmen trader The Commodity Futures Trading Commission menunjukkan trader non-komersial, kategori yang mencakup perdagangan spekulatif dan hedge fund, meningkatkan short position yen mereka menjadi 179.919 kontrak pada pekan yang berakhir 23 April, terbesar sejak 2007.
Yen melemah tajam pada sesi Jumat setelah Bank of Japan mempertahankan kebijakannya tidak berubah dan memberikan sedikit pandangan mengenai program pengurangan pembelian obligasi pemerintah Jepang.
Dugaan intervensi Jepang oleh bank sentral terjadi menjelang pengumuman kebijakan the Fed pada 1 Mei, dengan pasar secara luas memperkirakan bank sentral AS itu akan mempertahankan suku bunga tidak berubah, menurut FedWatch Tool CME Group, mengingat pasar tenaga kerja yang solid dan data inflasi baru-baru ini yang lebih panas ketimbang ekspektasi.
Investor terus mengurangi ekspektasi mengenai waktu dan besarnya penurunan suku bunga AS tahun ini, dan perbedaan sikap kebijakan Bank of Japan dan the Fed memicu depresiasi yen.
"Seiring berjalannya waktu, dengan adanya perbedaan suku bunga antara BoJ dan the Fed serta keengganan BoJ untuk melakukan apa pun mengenai hal tersebut, untuk mengubah kebijakan mereka yang sudah berumur puluhan tahun, yang pada dasarnya sekarang adalah nol suku bunga, sulit untuk membangun momentum apa pun bagi yen bergerak ke arah lain untuk menguat," ujar Trevisani.
Selain itu, bank sentral utama lainnya seperti Bank Sentral Eropa dan Bank of England dipandang memiliki kemungkinan besar untuk mulai menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, turun 0,31% menjadi 105,63, dan euro menguat 0,25% menjadi USD1,0719. Sementara, poundsterling melonjak 0,54% menjadi USD1,2558.
Data inflasi Eropa minggu ini akan membantu menentukan jalur suku bunga ECB. Tingkat inflasi Spanyol yang diselaraskan dengan Uni Eropa mencapai 3,4% dalam 12 bulan hingga April, naik dari 3,3%. Data dari Jerman menunjukkan inflasi sedikit meningkat pada April karena kenaikan harga pangan dan penurunan harga energi yang lebih kecil. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM