9 Tahun Berjalan, Sistem Resi Gudang RI Belum Optimal
Wednesday, February 10, 2016       10:30 WIB

Ipotnews - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan mengakui bahwa Sistem Resi Gudang (RSG) di Tanah Air sejauh ini belum berjalan secara optimal sehingga belum dapat dirasakan manfaatnya sebagaimana mestinya.
Sekretaris Bappebti Kemendag, Marthin Simanungkalit, mengatakan RSG merupakan salah satu instrumen yang dapat dimanfaatkan oleh para petani, kelompok tani, gapoktan, koperasi tani maupun pelaku usaha (pedagang, prosesor, pabrikan) sebagai dokumen bukti kepemilikan atas komoditi yang disimpan di gudang.
"Resi gudang dapat digunakan sebagai instrumen keuangan yang dapat diperjualbelikan dan juga mendukung Sistem Logistik Nasional. Namun, sampai dengan saat ini Sistem Resi Gudang dalam perjalanannya selama 9 tahun sejak dikeluarkannya Undang-Undang tentang Sistem Resi Gudang, dirasakan belum berjalan sebagaimana yang diharapkan," kata Marthin dalam sambutannya di acara Pertemuan Tahunan Pemangku Kepentingan SRG dan Pasar Lelang Komoditas Tahun 2016 bertajuk `Modernisasi Infrastruktur SRG dan Pasar Lelang Komoditas Untuk Ekonomi Kerakyatan pada Era Perdagangan Digital` di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (10/2).
Ia menjelaskan, SRG belum optimal karena belum dijadikan sebagai instrumen tunda jual dan pembiayaan perdagangan karena dapat menyediakan akses kredit bagi petani, kelompok tani dan koperasi dengan jaminan barang (komoditi) yang disimpan di gudang. Sehingga untuk menunjang optimalisasi kinerja SRG, kata Marthin, maka Bappebti selaku otoritas SRG mengharapkan upaya dan dukungan semua pihak.
Marthin menyatakan, agar sistem ini terus berkembang dengan baik sesuai Amanat UU No.9/2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 melalui Peningkatan kerjasama dengan seluruh pemangku Kepentingan SRG untuk terus mengembangkan dan mensosialisasikan Sistem Resi Gudang di Indonesia.
"Perlu kita sadari, bahwa pencapaian dalam SRG ini belumlah optimal. Porsi yang tergarap masih sangat kecil. Masih terdapat potensi yang sangat besar khususnya terhadap Komoditas yang saat ini harganya sedang turun seperti Karet. Oleh karena itu menjadi tugas kita semua untuk terus membangun dan menjadikan SRG memiliki multiplier effect yang lebih besar dalam perekonomian Indonesia," ujarnya.
Marthin menjelaskan, pemerintah pusat melalui dana Stimulus Fiskal maupun Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Tahun 2009 sampai dengan 2015 telah membangun Gudang SRG sebanyak 120 gudang di 105 Kabupaten/Kota pada 25 Provinsi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, gudang yang telah mendapat persetujuan sebagai gudang SRG hingga 31 Desember 2015 sebanyak 71 dan 59 diantaranya telah menerbitkan resi gudang.
Jumlah gudang swasta yang telah mendapat persetujuan sebagai gudang SRG sampai dengan 2015, sebanyak 46 dan 32 di antaranya telah menerbitkan resi gudang. Dengan demikian total gudang yang telah mendapat persetujuan sebagai gudang SRG sebanyak 117 dan 91 di antaranya telah menerbitkan resi gudang.
"Sedangkan jumlah Resi Gudang yang telah diterbitkan sampai dengan 31 Desember 2015 sebanyak 2.173 resi dengan total volume komoditi sebanyak 81.448.08 ton yang terdiri dari gabah, beras, jagung, kopi, rumput laut, kakao dan rotan atau total senilai Rp450,54 milyar. Nilai pembiayaan yang telah diberikan lembaga keuangan sebesar Rp275,72 milyar," papar dia.
(Fitriya/mk)

Sumber : ADMIN

powered by: IPOTNEWS.COM