Bagaimana Cara Keluar dari Jerat Utang?
Tuesday, May 17, 2022       18:33 WIB

Semua orang pasti pernah berutang. Negara Republik Indonesia juga punya utang yang besar sekali menurut ukuran kita orang awam (sekitar Rp7.000 triliun). Bahkan negara-negara besar yang kita anggap sangat kaya, seperti Amerika Serikat atau Jepang juga memiliki utang, yang kalau dirupiahkan menjadi tak terbayang besarnya saking banyaknya digit di belakang koma. Jadi, berutang adalah normal karena semua orang juga melakukannya.
Berutang menjadi tidak normal, kalau utang tersebut telah berubah menjadi momok yang terlalu besar dan menakutkan. Misalnya, baru-baru ini kita membaca berita bahwa negara Sri Lanka telah gagal membayar utang-utangnya ( default ). Akibatnya, surat utang negara itu berubah peringkatnya menjadi  junk  (sampah), dan negara mengalami kesulitan membayar biaya-biaya yang menjadi kewajibannya.
Dari sudut pandang perencanaan keuangan pribadi, utang juga perlu dikendalikan sehingga tidak menggelembung menjadi terlalu besar. Berapa banyaknya utang pribadi (rumah tangga) yang terlalu besar? Tidak ada batasan pasti, tapi utang pribadi dapat dianggap sudah terlalu besar jika utang itu tidak dapat dilunasi tanpa menggunakan utang lagi.
Banyak utang pribadi (rumah tangga) yang telah menjadi terlalu besar tetapi kabar tentang utang pribadi jarang yang terbuka sampai ke publik sehingga kita tidak menerima informasi yang lengkap tentang utang itu, tentang bagaimana seseorang terjebak kedalam utang, dan bagaimana orang dapat keluar dari jerat utang.
Utang pribadi (rumah tangga) bisa berupa utang kartu kredit, utang KTA (Kredit Tanpa Agunan), utang KKB (Kredit Kendaraan Bermotor), atau utang KPR (Kredit Perumahan Rakyat). Penulis sendiri dulu pernah terjebak ke dalam utang KPR (yang resmi dikeluarkan oleh salah satu bank swasta terbesar di Indonesia), sehingga penulis ingin berbagi 'ilmu' bagaimana keluar dari jerat utang ini.
Ada tiga Langkah 'mudah' untuk keluar dari jerat utang ini.
Pertama, identifikasi masalah: mengapa saya berutang?
Kedua, menerapkan pantangan untuk berutang lagi (gali lobang tutup lobang), dan
Ketiga, mulai melunasi semua utang-utang yang ada.
Langkah-langkah ini memang mudah untuk diingat karena cuma ada tiga, tetapi untuk benar-benar dapat keluar dari jerat utang, maka Anda sendirilah yang harus disiplin menjalankannya.
Persoalan utang, dan cara untuk terlepas dari jerat utang ini mirip sekali dengan berkendaraan dan tiba-tiba ban kendaraan Anda kempes. Seringkali orang terburu-buru mengambil solusi sebelum mengidentifikasi sumber masalahnya. Anda tidak dapat langsung memompa ban kendaraan Anda sebelum Anda mengidentifikasi masalah (ban yang bocor).
Pada persoalan utang pribadi, kondisi berutang hanyalah gejala ( symptom ) saja. Persoalan sesungguhnya bisa lebih dalam lagi. Persoalan sesungguhnya mungkin bukan masalah finansial semata, tetapi masalah psikologis pula.
Masalah finansial (saldo utang) akan dapat diatasi dengan melunasi utang yang ada. Jadi, misalnya saldo merah kartu kredit (KK) atau kredit tanpa agunan sudah tinggi dan diatasi dengan menjual mobil. Persoalan selesai untuk sementara waktu. Tanpa penyelesaian sesungguhnya atas keinginan berutang, maka persoalan utang ini akan datang lagi seperti penyakit kanker yang datang lagi walaupun sudah menjalani kemoterapi.
Jadi, Langkah pertama dapat Anda mulai dengan mengidentifikasi penyebab masalah: mengapa saya berutang? Jawabannya adalah karena kredit gampang diperoleh dan iming-iming barang atau mobil yang dapat diperoleh dengan mudah melalui berutang.
Seringkali berutang terjadi karena terlalu mudahnya orang berutang (mendapatkan pinjaman). Misalnya, utang kartu kredit (KK) yang batasnya (limit) sangat tinggi yang sebelumnya diberikan pada waktu orang masih bekerja di kantor dengan jabatan yang bagus. Tetapi pihak bank penerbit kartu kredit seringkali tidak meng- update  (memutakhirkan) data nasabahnya, bahkan tidak tahu bahwa nasabahnya telah mengalami PHK, misalnya.
Atau utang KTA yang diberikan hanya berdasarkan KTP nasabah tanpa analisa kelayakan kredit yang cukup atas kemampuan nasabah membayar utang. Atau utang KKB yang lebih didorong oleh keinginan menjual lebih banyak mobil atau motor. Daftar sumber masalah problem utang ini menjadi semakin panjang dan dapat Anda tulis sendiri.
Dalam kasus-kasus utang KK, utang KTA, dan utang KKB di atas, di samping mudahnya mendapatkan kredit, juga iming-iming pembelian barang atau mobil yang sangat mudah juga menjadi pemicu orang berbelanja dengan cara berutang. Berutang melalui kartu kredit sangat mudah untuk dilakukan siapa saja, karena orang tinggal menggesek kartunya saja. Tidak perlu ada persetujuan siapa pun untuk menggesek kartu kredit itu.
Demikian pula dengan hutan KTA. Sekali nasabah mendapatkan persetujuan kreditnya, nasabah dapat menggunakan KTA tersebut untuk tujuan-tujuan konsumtif, misalnya pembelian TV flat layar lebar, atau mengganti  kitchen set -nya dengan yang baru setiap kali lebaran tiba.
Bagaimana dengan KKB? Tidak jauh berbeda. Banyak orang yang merasa harus mengganti mobilnya setiap tiga tahun sekali. Begitu KKB yang lama telah dilunasi, mobil lalu dijual untuk uang muka (DP) mengambil KKB yang baru. Apakah mobil lama sudah tidak bisa dipakai?
Setelah langkah pertama, yaitu mengidentifikasi masalah timbulnya utang ini, sekarang kita masuk ke langkah kedua, yaitu menerapkan pantangan untuk berutang lagi (gali lobang tutup lobang).
Kalau Anda mempunyai kebiasaan menggesek kartu kredit untuk berbelanja apa saja, simpan saja kartu kredit itu dan pergunakan uang tunai saja (atau  debit card ). Atau, kalau Anda terbiasa memanfaatkan KTA untuk liburan, atau untuk membeli barang-barang konsumsi, pikirkanlah harga liburan itu, atau TV besar dengan layar datar itu setelah ditambah bunga KTA. Tidak murah kan?
Mengapa harus memiliki sekarang (secara kredit) kalau barang tersebut tidak esensial (wajib ada)? Atau, kalau Anda punya kebiasaan menganti mobil Anda setelah tiga tahun, mulailah mengganti mobil setiap lima tahun sekali (atau tujuh tahun sekali), kecuali kalau mobil Anda rusak parah atau mengalami kecelakaan (tabrakan) besar.
Setelah langkah kedua ini, yaitu menerapkan pantangan untuk berutang lagi (gali lobang tutup lobang) sekarang kita tiba pada langkah terakhir untuk keluar dari jerat utang: mulai melunasi semua utang-utang yang ada.
Mulailah melunasi utang dari utang KK dan utang KTA yang berjangka pendek tetapi bunganya paling tinggi. Kemudian, jika memungkinkan, lunasi pula utang KKB yang mahal itu. Saya sebut jika memungkinkan, karena biasanya besarnya utang dan jadual pembayaran sudah  fixed  sesuai dengan jadwal yang dibuat oleh pihak kreditur (perusahaan  finance ). Jadi, pelunasan lebih awal berarti kita melunasi semua pembayaran yang belum jatuh tempo, termasuk bunga-bunga di kemudian hari. Tentu saja ini merugikan konsumen.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS

powered by: IPOTNEWS.COM