China Akan Gunakan Vaksin Virus Korona pada Akhir Tahun, Bahkan Jika Uji Coba Belum Selesai
Sunday, May 24, 2020       21:23 WIB

Ipotnews - China berencana untuk memberikan vaksin Covid-19 beberapa kelompok di akhir tahun ini, walaupun uji coba jika saat itu uji coba belum selesai.
Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, Gao Fu mengatakan Program Imunisasi Nasional sedang menyusun pedoman untuk menentukan siapa yang berhak menerima vaksin.
Dengan jumlah infeksi harian  single digit  yang dilaporkan di China sekarang ini, pengembang vaksin dapat didorong untuk menyelesaikan tahap akhir uji coba, karena mereka tidak akan memiliki cukup kasus untuk dijadikan perbandingan.
"Program Imunisasi Nasional memperhatikan dengan seksama dan mempelajari kelompok populasi mana yang bisa mendapat suntikan, kapan harus mengambilnya, dan apa yang dapat menentukan penggunaan vaksin secara darurat," kata Gao di sela-sela Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China di Beijing.
"Saya percaya kami akan memutuskan berdasarkan situasi tertentu karena kami tidak akan mengikuti protokol yang biasa, karena akan kehilangan waktu. Kami juga tidak dapat [memutuskan] berdasarkan pada pengetahuan kita tentangvirus korona karena virus ini sangat unik," imbuh Gao, seperti dikutip South China Morning Post, Sabtu (23/5).
Sars-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19, adalah virus korona ketujuh yang diketahui menginfeksi manusia. Enam lainnya dapat menyebabkan infeksi fatal, seperti sindrom pernapasan akut dan sindrom pernapasan Timur Tengah, atau penyakit yang jauh lebih ringan seperti pilek biasa.
Vaksinasi secara luas dipandang sebagai satu-satunya solusi medis yang dapat mengakhiri pandemi Covid-19, yang telah menginfeksi lebih dari 5,3 juta orang dan membunuh lebih dari 340.000 di seluruh dunia.
Meskipun ada lebih dari 120 kandidat vaksin yang sedang dikembangkan, sebuah vaksin yang dikembangkan bersama oleh CanSino yang berbasis di Tianjin dan Akademi Ilmu Kedokteran Militer, adalah vaksin pertama di China yang memasuki uji coba manusia fase-kedua yang dikontrol plasebo untuk melihat efektivitas vaksin.
Pihak berwenang Kanada juga telah memberikan izin untuk percobaan lebih lanjut dari vaksin yang akan di uji coba di negara itu.
Tiga vaksin lain yang dikembangkan di China juga sedang diuji pada manusia.
Maria Van Kerkhove, kepala penyakit yang berkembang di Organisasi Kesehatan Dunia pekan lalu mengatakan bahwa tidak akan ada jalan pintas dalam pengembangan vaksin dan tidak ada langkah yang harus dilewati untuk memastikan bahwa vaksin apa pun akan memenuhi semua persyaratan keamanan dan kemanjuran.
Gao mengakui bahwa calon vaksin harus aman dan efektif, tetapi ia berpendapat bahwa pengobatan standar mungkin memerlukan waktu 12 hingga 18 bulan untuk dikembangkan, namun vaksin jalur cepat dapat digunakan dalam keadaan darurat atau untuk kelompok dengan kebutuhan khusus.
"Vaksin ini bukan untuk masyarakat umum tetapi untuk kelompok khusus. Ketika epidemi berkembang, kelompok-kelompok tertentu dari masyarakat umum mungkin menjadi kelompok-kelompok khusus," Gao menambahkan.
Zhu Jingjin, sekretaris partai dari Grup National China Biotec, yang anak perusahaannya di Wuhan dan Beijing telah memulai uji coba dua vaksin pada manusia, bulan lalu mengatakan bahwa perusahaannya memiliki kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan "kelompok populasi khusus". Keompo tersebut, katanya, termasuk pekerja kesehatan, staf diplomatik, pelajar yang belajar di luar negeri, dan orang-orang yang mengerjakan proyek infrastruktur luar negeri di bawah Belt and Road Initiative.
Gao, adalah ahli imunologi dan ahli virus yang mendapatkan gelar doktor di Universitas Oxford, dan melakukan penelitian pasca doktoral universitas itu dan di Universitas Harvard. Secara pribadi, ia terlibat dalam pencarian spesies perantara yang menularkan virus korona yang menyebabkan penyakit - yang diyakini berasal dari kelelawar - ke manusia
"Para ilmuwan, peneliti, dan petugas kesehatan masyarakat telah bekerja keras untuk itu, tetapi pada tahap ini kami tidak dapat memberi tahu secara spesifik hewan mana [yang menjadi inang]," ujarnya. "Saya harap publik dapat memberi lebih banyak waktu kepada para ilmuwan untuk dapat memahami virus ini."
Gao juga terlibat dalam pengumpulan sampel pada Januari lalu di Pasar Makanan Laut Huanan, yang awalnya diyakini sebagai sumber infeksi, setelah munculnya sekelompok kasus di antara orang yang tinggal dan bekerja di dekatnya.
Namun, sampel hewan yang diuji, bebas dari Sars-CoV-2 dan virus hanya ditemukan di air limbah pasar.
"Kami pertama kali percaya virus itu berasal dari pasar makanan laut, tetapi sekarang sepertinya pasar itu hanya korban lainnya. Virus itu ada [sebelum infeksi terjadi di pasar], " kata Gao.
Beberapa negara, termasuk AS dan Australia telah mengkritik China karena keterlambatan dalam mempublikasikan penyebaran penyakit itu di Wuhan, dan menuduh China menolak untuk membagikan sampel dari pasar Wuhan dan menutupi informasi.
Namun China menolak kritik itu, dan mengatakan bahwa pihaknya telah bertindak cepat untuk berbagi urutan genom dari virus korona dan telah bekerja sama dengan WHO dalam memerangi pandemi. (South China Morning Post).

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM