Ipotnews - Bank for International Settlements (BIS) menyatakan, cryptocurrencies - khususnya bitcoin -mengabaikan sebagian kepentingan publik, dengan jejak energi yang boros.Lembaga bank sentral global itu juga menolak stablecoins - yang mengaitkan cryptocurrencies dengan aset konvensional - sebagai "tambahan" untuk uang tradisional.
Bank sentral global terus mengintensifkan kritik mereka terhadap mata uang kripto, dan berupaya melemahkan peran kripto dalam sistem keuangan global. Mereka menuding mata uang digital seperti bitcoin memiliki sedikit fitur redeem dan "bekerjamelawan kepentingan publik".
Dalam laporannya yang diterbitkan Rabu kemarin, BIS mengatakan, "Inovasi seperti cryptocurrency , stablecoin , dan ekosistem keuangan tertutup berteknologi tinggi, semuanya cenderung bekerja melawan elemen publik yang menopang sistem pembayaran."
"Jelas bahwa cryptocurrency adalah aset spekulatif ketimbang alat pembayaran, dan dalam banyak kasus digunakan untuk memfasilitasi pencucian uang, serangan ransomware , dan kejahatan keuangan lainnya," kata BIS.
Namun, BIS mendukung pengembangan mata uang digital yang dikembangkan oleh bank sentral. BIS mengatakan mata uang digital dari bank sentral bisa menjadi alat untuk mencapai inklusi keuangan yang lebih besar dan menurunkan biaya pembayaran yang tinggi.
"Mata uang digital bank sentral ... menawarkan keuntungan unik dalam bentuk uang digital; settlement akhir, likuiditas dan integritas. Mereka adalah representasi uang yang canggih untuk ekonomi digital [dan harus] dirancang dengan mempertimbangkan kepentingan publik," ungkap BIS, seperti dikutip Financial Times, Rabu (23/6).
Pihak berwenang di sejumlah negara besar, termasuk China baru-baru ini meningkatkan upaya untuk mengekang semakin populernya bitcoin dan rekan-rekannya karena dikhawatirkan akan menggerus sebagian besar kendali otoritas terhadap sistem keuangan.
Otoritas keuangan global juga membidik stablecoi n, yang merupakan cryptocurrency yang nilainya dikaitkan dengan aset lain. Menurut BIS, mereka "berusaha untuk mengimpor kredibilitas dengan didukung oleh mata uang nyata", tetapi selain memecah-mecah sistem keuangan dan menimbulkan kesulitan baru, mereka "pada akhirnya hanya pelengkap sistem moneter konvensional dan bukan pengubah permainan".
BIS juga mengkritik perusahaan teknologi yang memilih untuk terlibat dalam sektor pembayaran, dengan memperingatkan bahwa beberapa diantaranya mungkin akan menjadi terlalu dominan karena memiliki sejumlah besar data. BIS memperingatkan, perusahaan-perusahaan seperti itu dapat mengakibatkan biaya yang terlalu tinggi untuk mentransfer uang.
"Kekhawatirannya adalah ketika perusahaan teknologi besar memasuki pasar pembayaran, akses mereka ke data pengguna dari lini bisnis digital terkait memungkinkan mereka untuk mencapai posisi dominan. Kondisi ini bisa mengarah ke biaya yang bahkan lebih tinggi daripada yang dibebankan oleh perusahaan kartu kredit dan debit saat ini," papar BIS. (Financial Times)
Sumber : Admin
powered by: IPOTNEWS.COM