Ipotnews - Dampak kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% mulai 1 Januari 2025 diprediksi memberikan pengaruh yang kecil terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ).
Dari data aplikasi IPOT pada Senin (9/12) pukul 13.45 WIB, dalam seminggu terakhir IHSG sedang menguat dari 7.114 menjadi 7.411, naik 295 poin atau 4,2%.
Dalam sebulan terakhir, IHSG juga sedang menguat dari 7.287 menjadi 7.411, naik 122 poin atau 1,7%.
Senior Investment Information, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan dampak kenaikan PPN menjadi 12% pada awal tahun depan terhadap IHSG sangat terbatas. "Karena kebijakan ini dibatasi hanya pada barang - barang mewah, tidak semua barang," kata Nafan saat dihubungi Ipotnews hari ini.
Memang ada kekhawatiran bahwa ini bisa menekan tingkat konsumsi. Namun masalah ini bisa diatasi jika emiten - emiten bisa melakukan mitigasi risiko kebijakan tersebut.
"Salah satunya adalah terus melakukan inovasi produk agar tetap menarik tetapi masih terjangkau para konsumen," ujar Nafan.
Dalam laporan bertajuk "World Economic Outlook: Policy Pivot, Rising Threats" yang dirilis pada Rabu (23/10), Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan stagnan di kisaran 5%. Proyeksinya berturut-turut adalah 5,0% pada 2024, serta 5,1% pada 2025.
"Proyeksi IMF tersebut menunjukkan keyakinan ekonomi Indonesia tahun depan tetap stabil meskipun ada kebijakan kenaikan PPN," pungkas Nafan.
Presiden Prabowo Subianto mengumumkan Pajak pertambahan nilai (PPN) tetap naik menjadi 12% pada tahun depan, tetapi kenaikan tarif PPN itu hanya menyasar barang mewah.
Menurutnya, kenaikan tarif PPN merupakan amanat UU Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).
"Sudah diberi penjelasan, (kenaikan) PPN adalah (amanat) UU yang akan kita laksanakan, tetapi selektif hanya (untuk) barang mewah," kata Prabowo di Istana Negara Jakarta, Jumat (6/12).
(Adhitya)
Sumber : admin
powered by: IPOTNEWS.COM
