Dolar dan Imbal Hasil US Treasury Menguat, Logam Kuning Tertekan
Tuesday, June 13, 2023       03:50 WIB

Ipotnews - Harga emas melemah, Senin, karena dolar dan imbal hasil obligasi menguat, sementara trader bersiap untuk pekan yang sibuk dengan angka inflasi utama Amerika dan pertemuan kebijakan bank sentral utama, dengan semua mata tertuju pada Federal Reserve.
Harga emas di pasar spot turun 0,4% menjadi USD1.953,77 per ons pada pukul 24.40 WIB, sementara emas berjangka Amerik Serikat menetap 0,4% lebih rendah menjadi USD1.969,70, demikian laporan  Reuters,  di Bengaluru, Senin (12/6) atau Selasa (13/6) dini hari WIB.
Indeks Dolar (Indeks DXY) naik 0,2%, membuat emas yang dibanderol dalam greenback lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sementara kenaikan yield US Treasury membuat logam kuning dengan imbal hasil nol menjadi kurang menarik.
"Memasuki minggu ini dengan emas hampir seperti membalik koin," kata Bob Haberkorn, analis RJO Futures.
Indeks harga konsumen Amerika untuk periode Mei akan dirilis Selasa, dengan pembacaan indeks harga produsen akan diumumkan Rabu pagi menjelang keputusan suku bunga the Fed hari itu juga.
"Fakta bahwa jika kita mendapatkan jeda kenaikan suku bunga akan mendorong emas naik cukup besar meski ada pernyataan (Fed) yang hawkish," kata Haberkorn.
Pasar memperhitungkan peluang 76% the Fed mempertahankan suku bunga tidak berubah, dan peluang 71% untuk kenaikan pada pertemuan Juli, menurut Fedwatch Tool CME Group.
Bank Sentral Eropa dan Bank of Japan akan menyampaikan keputusan suku bunga masing-masing pada Kamis dan Jumat.
"Emas diperdagangkan dengan asumsi bahwa suku bunga AS akan tetap di tempatnya dengan kenaikan apa pun yang kemungkinan akan membuat logam mulia itu jatuh menuju USD1.900 per ons," kata analis Kinesis Money, Rupert Rowling.
Perak merosot 1,3% menjadi USD23,95 per ons, sementara platinum anjlok 1,92% ke level terendah dua bulan di USD989,67.
Paladium, yang digunakan dalam perangkat pengontrol emisi di mobil, melesat 1,4% menjadi USD1.342,27, setelah mencapai level terendah sejak Mei 2019 pada sesi Jumat.
"Paladium bisa naik kembali di atas USD1.500 pada kuartal keempat tahun ini karena peningkatan produksi otomotif, namun saat ini berada di bawah tekanan dari destocking oleh pabrikan mobil," kata analis Metals Focus, Jacob Smith. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM