Dow Catat Kenaikan Beruntun Empat Sesi di Tengah Optimisme Perdagangan
Tuesday, September 10, 2019       05:02 WIB

Ipotnews - Dow Jones Industrial Average membukukan kenaikan keempat beruntun, Senin, di tengah optimisme seputar hubungan perdagangan AS-China. Namun, kejatuhan saham teknologi menahan penguatan indeks utama Wall Street itu.
Indeks 30-saham Dow naik 38,05 poin, atau 0,2% menjadi ditutup pada posisi 26.835,51, demikian laporan   CNBC   dan  AFP , di New York, Senin (9/9) atau Selasa (10/9) pagi WIB.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 ditutup tepat di bawah titik impas, hanya turun 0,28 poin atau 0,01% menjadi 2.978,43 untuk mengakhiri keperkasaan beruntun tiga hari. Nasdaq Composite Index berkurang 0,19% atau 15,64 poin menjadi 8.087,44.
Caterpillar adalah kontributor terbesar untuk kenaikan Dow, melonjak 3,7% dalam kinerja satu hari terbaik sejak 4 Januari. Sahamnya melesat 5,5% pada hari itu.
Kenaikan tipis Senin menempatkan Dow hanya 2,1% dari rekor tertinggi yang dicapai Juli lalu. S&P 500 dan Nasdaq masing-masing berada 1,6% dan 3% di bawah tertinggi sepanjang masa.
Indeks utama memulai sesi perdagangan lebih tinggi setelah merespons laporan  Politico , Jumat, yang mengatakan China menawarkan untuk meningkatkan pembelian produk pertanian AS jika Washington melonggarkan pembatasan pada raksasa telekomunikasi Huawei. Tawaran Beijing juga bisa bergantung pada AS menunda tarif yang lebih tinggi terhadap impor China senilai USD250 miliar, kata laporan itu.
"Sepertinya nada perdagangan sudah membaik," kata Art Hogan, Kepala Strategi Pasar National Securities. "Itu pendorong terbesar."
"Selama kita tidak memiliki  tweetstorm  lain seputar perdagangan, saya pikir pasar bisa tetap berada di ujung atas kisaran ini," katanya.
Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan China dan AS memiliki "kesepakatan konseptual" tentang mekanisme penegakan hukum seputar pencurian kekayaan intelektual, salah satu poin negosiasi yang lebih kontroversial di antara kedua negara.
Kedua negara terlibat dalam perang dagang sejak 2018. Pada waktu itu, China dan AS saling bertukar tarif barang senilai miliaran dolar. Konflik tersebut membebani ekspektasi pertumbuhan ekonomi global.
Data terbaru dari China menunjukkan ekspor pada Agustus di luar dugaan mengalami penurunan dengan kontraksi besar untuk pengiriman ke AS. Penurunan tersebut menunjukkan pelemahan lebih lanjut dalam ekonomi terbesar kedua dunia itu dan memberikan tekanan lebih lanjut pada anggota parlemen China untuk mengumumkan stimulus ekonomi yang baru.
Pelaku pasar juga terus sejumlah data yang akan dirilis pekan ini. Hogan mengatakan investor berada dalam pola "wait and see".
Kalender minggu ini mencakup laporan indeks harga konsumen dan penjualan ritel untuk Agustus. Bank Sentral Eropa juga diperkirakan mengumumkan langkah-langkah stimulus baru.
Saham Alphabet secara singkat turun 1% di tengah berita bahwa 50 jaksa bergabung dalam penyelidikan antimonopoli terhadap Google. Alphabet kemudian pulih untuk ditutup 0,1% lebih rendah. Saham Microsoft berakhir 1,1% lebih rendah. Sektor teknologi S&P 500 turun 0,7%.
Saham J.P. Morgan Chase melonjak 2,5%. Citigroup melejit 4,3% sementara Bank of America naik 3,3%. Penguatan saham perbankan didorong imbal hasil US Treasury yang diperdagangkan lebih tinggi. Surat utang AS bertenor 10-tahun diperdagangkan pada posisi 1,63% sedangkan imbal hasil US Treasury 2-tahun naik menjadi 1,58%.
Saham AT&T naik 1,5% setelah Elliott Management mengungkapkan USD3,2 miliar saham di raksasa telekomunikasi itu.
Saham Acadia Pharmaceuticals melonjak 63,2 persen setelah mengumumkan hasil klinis positif dari uji coba untuk perawatan baru untuk psikosis terkait demensia. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM


Berita Terbaru