Eskpektasi Penurunan Suku Bunga Selaras Dot Plot The Fed...Turun 75 bps Akhir Tahun Ini - Ashmore
Sunday, March 03, 2024       19:55 WIB

Ipotnews - Bursa saham Indonesia mengakhiri sesi perdagangan pekan pertama Maret, Jumat (1/3), dengan penurunan tipis 0,06% di posisi 7.311, namun masih lebih besar dibanding sesi penutupan akhir pekan sebelumnya di level 7.295. Investor asing membukukan arus keluar sebesar USD 235 juta sepanjang pekan ini.
PT Ashmore Asset Management mencatat, beberapa peristiwa penitng yang mempengaruhi pergerakan indeks acuan di pasar modal dan dalam negari, antara lin;
- Indeks harga PCE inti AS - tidak termasuk makanan dan energi - pada Januari lalu, meningkat 0,4% dari bulan sebelumnya. Ini adalah kenaikan terbesar sejak Februari 2023 dan sejalan dengan ekspektasi pasar.
- Ekonomi Kanada berekspansi 0,2% pada kuartal keempat 2023, pulih dari revisi kontraksi 0,1% pada periode sebelumnya, dibantu oleh ekspor yang lebih tinggi.
- Inflasi harga konsumen Jerman turun menjadi 2,5% YoY pada Februari 2024, dari 2,9% pada bulan sebelumnya, melebihiekspektasi pasar sebesar 2,6%. Ini merupakan tingkat inflasi terendah sejak Juni 2021, mendekati target ECB sebesar 2,0%, didorong oleh perlambatan tajam dalam inflasi pangan dan berlanjutnya penurunan harga energi.
- Tingkat inflasi tahunan di Jepang turun menjadi 2,2% di Januari 2024 dari 2,6% di bulan sebelumnya. Ini adalah angka terendah sejak Maret 2022, karena harga makanan naik paling rendah dalam 16 bulan.
- PMI Manufaktur resmi NBS China turun tipis menjadi 49,1 pada Februari 2024 dari 49,2 pada bulan sebelumnya, sejalan dengan perkiraan pasar. Ini adalah bulan kelima berturut-turut kontraksi dalam aktivitas pabrik, di tengah dampak liburan Tahun Baru Imlek selama seminggu ketika sebagian besar pabrik ditutup atau memperlambat operasi mereka.
- Ekonomi India tumbuh 8,4% YoY pada Triwulan-IV 2023, pertumbuhan terkuat sejak Triwulan-II 2022, dibandingkan dengan revisi ke atas sebesar 8,1% pada Triwulan-III, dan mengalahkan perkiraan sebesar 6,6%.
- Tingkat inflasi Indonesia meningkat menjadi 2,75% YoY pada Februari 2024 dari 2,57% di bulan sebelumnya, di atas ekspektasi 2,6%. Ini adalah tingkat inflasi tertinggi sejak November lalu, karena harga makanan naik paling tinggi dalam tiga bulan terakhir, tetapi tetap berada di kisaran target bank sentral sebesar 1,5 hingga 3,5% untuk tahun 2024.
Dengan mencermati perkembangan selama sepekan terakhir, berikut pendapat Ashmore dalam  Weekly Commentary , Jumat (1/3)
Apa yang terjadi di minggu terakhir ini?
Ashmore mencatat, pekan ini IHSG ditutup lebih tinggi dari pekan sebelumnya, terutama didorong oleh sektor Infrastruktur dan Industri, yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 2,32% dan 1,12% terhadap indeks.
Pasar negara maju menunjukkan tanda-tanda positif dengan data Core PCE Amerika Serikat yang terkendali, pertumbuhan ekonomi Kanada yang membaik, serta inflasi yang lebih rendah di Jerman. Sementara itu, China terus menunjukkan kontraksi di sektor manufaktur menurut data resmi, selama lima bulan berturut-turut.
Di sisi lain, India menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang kuat selama kuartal terakhir tahun 2023, melampaui estimasi. "Indonesia mengalami kenaikan angka inflasi tahunan di bulan Februari, tetapi masih berada dalam kisaran target Bank Indonesia untuk tahun ini," tulis Ashmore.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga selaras kembali
Ashmore juga mencermati, pasar AS menguat dengan rilis data Core PCE sebagai salah satu indikator inflasi yang paling banyak direferensikan oleh The Fed, yang berada di level 0,4% mom. Hal ini memperkuat ekspektasi pasar untuk penurunan suku bunga tahun ini, karena Core PCE tahunan terus mengalami tren penurunan sejak September 2022 dan Core CPE bulanan relatif stabil sejak 2021.
"Dengan rilis data inflasi dan pasar tenaga kerja baru-baru ini serta pernyataan dari pejabat The Fed, jumlah penurunan suku bunga yang diharapkan oleh pasar akhirnya selaras dengan dot plot terbaru dari The Fed, dimana mereka memperkirakan akan ada penurunan suku bunga sebesar 75 bps pada akhir tahun ini," ungkap Ashmore.
Oleh karena itu, Ashmore merekomendasikan untuk tetap melakukan diversifikasi di antara saham dan pendapatan tetap, untuk mendapatkan keuntungan dari penurunan suku bunga yang diantisipasi karena investor global akan mencari aset yang lebih berisiko seperti aset  emerging market .
Untuk reksadana saham, Ashmore merekomendasikan ASDN (1Y 5,08% per 29 Februari 2024) dan ADEN (1Y 5,53% per 29 Februari 2024). "Sedangkan untuk reksadana pendapatan tetap, kami merekomendasikan ADON (1Y 5,58% per 29 Februari 2024) dan ADUN (1Y 3,88% per 29 Februari 2024) untuk portofolio Anda." (Ashmore)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM