Harga dan Permintaan Komoditas Sangat Terpukul, Jika Wabah Virus tak Teratasi Hingga Akhir Maret
Tuesday, February 18, 2020       19:32 WIB

Ipotnews - BHP Group memperingatkan, permintaan dan harga bahan baku akan sangat terpukul akibat pertumbuhan yang lebih rendah di China jika dampak dari wabah coronavirus berlanjut hingga akhir bulan depan.
Perusahaan tambang terbesar di dunia ini mengingatkan bahwa sektor konstruksi dan manufaktur China perlu kembali beroperasi normal kembali pada bulan April. Kondisi ini diperlukan untuk memastikan bahwa gangguan yang sudah terjadi pada awal tahun ini, bisa diperbaiki sebelum akhir tahun.
Wakil presiden analisis pasar dan ekonomi BHP, Huw McKay mengatakan, jika dampak wabah tidak dapat dieliminasi pada kuartal ini, prakiraan pertumbuhan tahunan perlu direvisi turun. "Situasi ini kemudian akan langsung berlanjut ke penurunan permintaan dan ekspektasi harga komoditas," ungkapnya, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (18/2).
Tapi jika dampak virus bisa teratasi pada akhir Maret, menurut McKay, konsumsi bahan baku seperti baja dan tembaga akan sepenuhnya pulih pada kuartal kedua - dan berpotensi beroperasi pada tingkat yang lebih tinggi dari biasanya. Itu berarti bahwa permintaan bahan baku secara keseluruhan pada tahun 2020 tidak akan terpengaruh, ujar McKay.
BHP memprakirakan pertumbuhan China akan melambat menjadi sekitar 6% tahun ini, dan paling rendah 5,75% pada 2021 akibat wabah virus. Dalam skenario terburuk, yang mengkombinasikan dampak virus yang masih melekat dan peningkatan kembali ketegangan perang dagang, ekspansi ekonomi China tahun ini bisa turun menjadi 5,5%, tulis McKay dalam blog-nya.
Goldman Sachs Group Inc. dan Macquarie Group Ltd. ada di antara bank-bank yang telah memangkas perkiraan pertumbuhan China untuk kuartal pertama dan setahun penuh sebagai akibat dari wabah tersebut. Menurut median dari 18 perkiraan sejak 31 Januari, produk domestik bruto China akan tumbuh 4% pada kuartal pertama, terendah sejak 1990. Sementara itu, Citigroup Inc. mengatakan dampak negatif terhadap pasar komoditas "baru sedikit diperhitungkan."
CEO baru BHP, Mike Henry mengatakan kepada wartawan, bahwa sejauh ini BHP tidak mengalami dampak besar akibat menurunnya permintaan dari Cina. Namun demikian kehati-hatian terhadap prospek dampak virus korona memaksa perusahaan itu untuk mengambil pendekatan yang lebih konservatif dalam pembayaran dividen semester pertama.
Keputusan untuk membayar dividen dengan proporsi laba yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya mencerminkan, "kehati-hatian, karena tekanan volatilitas pasar jangka pendek tahun 2019, wabah virus korona, kebijakan perdagangan dan geopolitik," kata BHP dalam pernyataannya. BHP membukukan kenaikan laba pertengahan tahun pertama 2019, sebesar 29%. (Bloomberg)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM


Berita Terbaru