Ipotnews - Minyak kelapa sawit (CPO) berjangka melorot, Senin, mengikuti kejatuhan minyak sayur pesaing di bursa Dalian dan Chicago, sementara trader menunggu data dari Malaysian Palm Oil Board ( MPOB ) untuk petunjuk lebih lanjut.
Harga patokan minyak kelapa sawit untuk kontrak pengiriman Februari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange melemah 47 ringgit, atau 0,92%, menjadi 5.081 ringgit (USD1.149,55) per metrik ton pada jeda tengah hari, demikian laporan Reuters, di Jakarta, Senin (9/12).
"Pasar diperkirakan diperdagangkan dalam kisaran untuk mengantisipasi data resmi MPOB , yang akan dirilis besok, untuk arahan lebih lanjut," kata Darren Lim, analis Phillip Nova.
Survei Reuters menunjukkan persediaan minyak kelapa sawit Malaysia kemungkinan akan turun pada November untuk bulan kedua berturut-turut karena hujan lebat mengganggu produksi.
Banjir menghantam Malaysia minggu lalu setelah hujan lebat pada November. Departemen meteorologi negara itu memperkirakan lonjakan monsoon dari 8 hingga 14 Desember, yang dapat membawa hujan ke pantai timur Semenanjung Malaysia dan sebagian Sabah dan Sarawak di Pulau Kalimantan.
Pada sesi ini, kontrak minyak kedelai (soyoil) Dalian yang paling aktif turun 0,84%, sementara kontrak minyak sawitnya menyusut 0,78%. Minyak kedelai Chicago Board of Trade merosot 0,77%.
Minyak sawit mengikuti pergerakan harga minyak pesaingnya karena berkompetisi untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Harga minyak naik tipis, Senin, karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah setelah penggulingan Presiden Suriah Bashar al-Assad oleh pemberontak lebih besar ketimbang kekhawatiran atas permintaan China yang lemah.
Harga minyak mentah berjangka yang lebih lemah membuat CPO menjadi pilihan yang kurang menarik untuk bahan baku biodiesel.
"Minyak sawit mungkin menembus resistance di level 5.162 ringgit per metrik ton dan naik menuju kisaran 5.202-5.242 ringgit, didorong oleh wave 5," kata analis teknikal Reuters, Wang Tao. (ef)
Sumber : Admin
powered by: IPOTNEWS.COM