Ini Resep PGN (PGAS) Kantongi Laba Bersih Rp4,34 Triliun pada 2018
Thursday, February 21, 2019       17:23 WIB

JAKARTA - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (). selaku, yang kini berstatus sebagai Sub Holding Gas, Holding BUMN Migas, mengantongi laba bersih US$304,9 juta atau setara dengan Rp4,34 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan 2018, Perusahaan Gas Negara mengantongi pendapatan US$3,87 miliar pada akhir 2018. Pencapaian itu naik 8,39% secara tahunan dibandingkan dengan US$3,57 miliar pada 2017.
Manajemen emiten berkode saham itu menjelaskan bahwa pendapatan pada 2018 terutama didapatkan dari hasil penjualan gas senilai US$2,79 miliar serta penjualan minyak dan gas US$585 juta.
Dari situ mampu mengoleksi laba bersih senilai US$304,9 juta. Jumlah itu menurut perseroan ekuivalen dengan Rp4,34 triliun dengan perhitungan kurs Rp14.235 per dolar Amerika Serikat.
Dengan pencapaian tersebut, earnings before interest, taxes, depreciation and amortization (EBITDA) meningkat menjadi senilai US$1,19 miliar pada 2018. Capaian itu naik 10,18% dari US$1,08 miliar pada 2017.
Pada 2018, mengakusisi 51% kepemilikan saham di PT Pertamina Gas dari PT Pertamina (Persero). Transaksi akuisisi tersebut dibukukan dengan menggunakan metode penyaturan kepemilikan sesuai dengan PSAK 38 tentang Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali karena dan Pertagas merupakan entitas sepengendali dibawah Pertamina.
Sekretaris Perusahaan Perusahaan Gas Negara Rachmat Hutama mengatakan pihaknya melakukan berbagai upaya efisiensi. Dengan demikian, perseroan mampu mencetak laba di tengah kondisi perekonomian yang sedang mengalami perlambatan.
Rachmat menyatakan perseroan optimistis tetap meraup hasil positif. Selaku sub holding gas, mengelola mayoritas infrastruktur transmisi dan distribusi gas bumi. "Dengan begitu, akan jauh lebih efisien serta terjadi penguatan pada rantai bisnis," ujarnya dalam siaran pers, Kamis (21/2/2019).
Selama periode 2018, sambungnya, menyalurkan gas bumi sebesar 3.102 juta kaki kubik per hari (Mmscfd). Secara detail, volume gas distribusi sebesar 963 MMscfd dan volume transmisi gas bumi sebesar 2.139 Mmscfd.
Rachmat mengungkapkan akan semakin agresif membangun infrastruktur gas bumi nasional. Tujuannya, untuk meningkatkan pemanfaatan produksi gas nasional.
Pada 2018, lanjut dia, infrastruktur pipa gas bertambah sepanjang lebih dari 2.456 kilometer (km). Saat ini, total yang dimiliki sepanjang 9.909 km atau setara dengan 95% dari jaringan pipa gas bumi hilir nasional.
Dari infrastruktur tersebut, menyalurkan gas bumi ke 1.739 pelanggan industri manufaktur dan pembangkit listrik, 1.984 pelanggan komersial dan usaha kecil kenengah (UKM), serta 177.710 pelanggan rumah tangga yang dibangun dengan investasi perseroan.
Adapun, pelanggan gas bumi tersebar di berbagai wilayah mulai dari Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Riau, Sumtera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara dan Sorong, dan Papua Barat.
Di sisi lain, Rachmat menjelaskan bahwa juga telah mengelola dan menyalurkan gas bumi untuk sektor transportasi. Hal itu dilakukan melalui 10 stasiun pengisian bahan bakar gas ( SPBG ) dan 4 mobile refueling unit (MRU).
Selanjutnya, juga mengoperasikan 2  floatingstorage regasification unit ( FSRU ) di Jawa Barat dan Lampung.
juga tercatat memiliki Saka Energi yang menyediakan gas bumi di sektor hulu. Kemudian, perseroan mengembangkan produk gas bumi yakniliquified natural gas(LNG) yang dilakukan oleg PT PGN LNG Indonesia.
Sementara itu, juga melakukan penyalurancompressed natural gas(CNG)melalui anak usaha PT Gagas Energi Indonesia. Melalui anak usaha lain, perseroan juga dapat menyediakan pasokan gas bumi, listrik, pasokan bahan bakar gas untuk transportasi, jasaengineering, procurement, and construction(EPC), hingga informasi tekonologi komunikasi bagi para pengguna gas atau pelanggan.
"Investasi infrastruktur pipa gas bumi yang dibangun hampir seluruhnya tidak mengandalkan APBN sehingga tidak membebani negara. Perseroan terus berkomitmen memperluas pemanfaatan gas bumi dengan membangun infrastruktur gas bumi di berbagai daerah," ujar Rachmat.

Sumber : BISNIS.COM

powered by: IPOTNEWS.COM