Investor Nantikan Panduan The Fed, Dolar Bergerak Lebih Tinggi
Tuesday, May 21, 2024       05:06 WIB

Ipotnews - Dolar menguat terhadap euro, Senin, karena investor menunggu petunjuk lebih lanjut mengenai jalur suku bunga Amerika Serikat setelah komentar hati-hati dari pejabat Federal Reserve, bahkan ketika inflasi menunjukkan tanda-tanda mereda.
Pejabat the Fed belum siap untuk mengatakan bahwa inflasi sedang menuju target sebesar 2% setelah data minggu lalu memperlihatkan meredanya tekanan harga konsumen pada April, dan beberapa di antaranya menyerukan kelanjutan kebijakan yang hati-hati, demikian laporan  Reuters,  di New York, Senin (20/5) atau Selasa (21/5) pagi WIB.
Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, Senin, mengatakan bank sentral akan membutuhkan waktu untuk yakin bahwa inflasi berada pada jalurnya kembali ke targetnya.
"Masalahnya saat ini adalah kapan kita bisa yakin inflasi jelas-jelas kembali ke angka 2%. Saya pikir akan memakan waktu cukup lama sebelum kita mengetahui hal itu secara pasti," kata Bostic dalam wawancara dengan  Bloomberg Television. 
Berbicara di ajang konferensi Mortgage Bankers Association di New York, Vice Chair Ketua Fed Philip Jefferson mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apakah perlambatan proses disinflasi yang terjadi baru-baru ini akan bertahan lama.
Euro turun 0,05% terhadap dolar menjadi USD1,0863. Terhadap yen, dolar menguat 0,4% menjadi 156,26 yen.
Data minggu lalu menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) Amerika naik kurang dari perkiraan pada April, menyebabkan pasar memperkirakan penurunan suku bunga the Fed sebesar 50 basis poin pada tahun ini.
Dengan sedikit data ekonomi yang dirilis Senin, sebagian besar pasangan mata uang utama bertahan pada kisaran perdagangan yang ketat.
"Saya pikir setelah CPI minggu lalu, pasar valas kurang memiliki katalis pada tahap ini," kata Michael Brown, analis Pepperstone di London.
"Kendati kalender FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal), sekali lagi, sangat sibuk, nampaknya hanya ada sedikit informasi baru yang dapat ditambahkan oleh para petinggi the Fed pada tahap ini, terutama dengan fungsi reaksi yang sudah ditandai dengan baik, kenaikan suku bunga lagi tidak akan terjadi, dan beberapa angka inflasi yang lebih menjanjikan, setidaknya, diperlukan untuk memberikan keyakinan yang dibutuhkan bahwa inflasi akan kembali ke angka 2% sebelum pemotongan pertama dapat dilakukan," kata Brown.
Alat pengukur ekonomi berbasis survei untuk zona euro, Jerman, Inggris dan Amerika Serikat akan dirilis pekan ini.
Euro tetap tidak jauh dari level tertinggi dalam hampir dua bulan di USD1,0895 yang disentuh minggu lalu. Sejauh ini, mata uang tersebut melonjak 1,8% pada Mei, didorong jatuhnya dolar karena melemahnya data pertumbuhan dan inflasi Amerika, serta membaiknya perekonomian zona euro.
Dengan melemahnya yen Jepang, Senin, trader tetap waspada terhadap tanda-tanda intervensi pemerintah. Mata uang ini bergerak dalam kisaran yang ketat dalam beberapa hari perdagangan terakhir setelah awal Mei yang penuh gejolak akibat dugaan putaran intervensi mata uang oleh Tokyo guna menopang yen.
Poundsterling naik 0,07% menjadi USD1,2711 setelah menyentuh level tertinggi dua bulan di USD1,27255, menjelang laporan inflasi Inggris yang akan dirilis Rabu.
Dolar Australia melemah 0,3% jadi USD0,6671. Aussie melambung 3% sejauh bulan ini di tengah tingginya inflasi Australia. Pelemahan mata uang terkait komoditas tersebut, Senin, meski harga komoditas menguat menjadi pertanda buruk bagi prospek jangka pendek dolar Australia, kata Brown.
"(Pelemahan) pada hari ketika komoditas menguat dan ekuitas cukup solid, mungkin merupakan peringatan dini bagi mereka yang bullish pada mata antipodean tersebut," ujar Brown. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM