Kuatnya Inflasi AS dan Ketegangan Iran - Israel Menggencet Kurs Rupiah
Tuesday, April 16, 2024       12:28 WIB

Ipotnews - Kuatnya inflasi Amerika Serikat Maret 2024 dan ketegangan Iran - Israel membuat kurs rupiah merosot tajam terhadap dolar di hari pertama perdagangan pasar pasca libur Lebaran 2024.
Mengutip data Bloomberg pada Selasa (16/4) pukul 12.00 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan di level Rp16.162 per dolar AS, melemah 314 poin atau 1,98% dibandingkan Jumat sore (5/4) di level Rp15.848 per dolar AS.
Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk (), Reny Eka Putri mengatakan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah erat kaitannya dengan perkembangan perekonomian dan sentimen di pasar keuangan, baik dari sisi global maupun domestik.
"Demikian pula secara historis, perkembangan global dan domestik mengiringi fluktuasi nilai tukar rupiah sebelum dan sesudah libur Idul Fitri," kata Reny dalam keterangan tertulis, hari ini.
Sebelumnya Iran telah melakukan serangan udara ke Israel pada Sabtu malam (13/4) dengan meluncurkan drone peledak dan menembakkan 300 rudal untuk membela diri atas upaya Negara Yahudi itu yang ingin memperluas eskalasi perang di Timur Tengah.
Tensi geopolitik di Timur Tengah yang makin panas membuat para pelaku khawatir akan ada perang lebih besar yang dapat membuat ekonomi dunia makin terpuruk. Ini menimbulkan ketidakpastian di pasar.
Harga minyak dunia yang saat ini diperdagangkan di level USD90 per barel dikhawatirkan bisa kembali melonjak jika perang di timur tengah tidak mereda. Dampaknya adalah inflasi yang makin tinggi, terutama di Amerika Serikat yang akan berpengaruh terhadap kebijakan suku bunga bank sentralnya.
Jika kemudian inflasi menguat, ada kemungkinan bank sentral AS Federal Reserve atau the Fed akan mempertahankan tingkat suku bunga yang tinggi lebih lama dan akan mengacaukan pasar keuangan.
Selain itu, inflasi AS periode Maret 2024 mencapai 3,5% secara tahunan (yoy), lebih panas dari prediksi pasar yang proyeksi bisa melandai ke 3,4% yoy.
Begitu pula dengan inflasi inti yang lebih panas dari konsensus yang memperkirakan angka 3,7% yoy. Namun kenyataannya mencapai 3,8% yoy pada Maret 2024, sama seperti bulan sebelumnya.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch memperkirakan suku bunga acuan The Fed tetap dipertahankan di 5,25% - 5,5% hingga September 2024, mundur dari keyakinan sebelumnya pada Juni.
Dari dalam negeri, kondisi fundamental, arah aliran dana asing, dan prospek pertumbuhan ekonomi turut menentukan perubahan nilai tukar rupiah. "Lebih detailnya, inflasi yang tinggi berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah karena dapat menurunkan daya beli masyarakat serta meningkatkan barang dan jasa," ujar Reny.
Faktor dalam negeri seperti defisit neraca perdagangan, kebijakan moneter, inflasi, kinerja perekonomian dalam negeri, faktor politik, dan stabilitas sosial dapat melemahkan nilai tukar rupiah.
"Pemerintah dan otoritas terkait harus memantau dan mengelola faktor-faktor tersebut untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," tutup Reny.
(Adhitya)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM