Mencari Perencana Keuangan yang Dapat Dipercaya (5)
Thursday, August 04, 2022       15:19 WIB

Syarat #5: ketika memberikan nasihat investasi, apakah perencana keuangan telah memikirkan manajemen resiko?
Hampir semua perencana keuangan hanya fokus pada perencanaan investasi ( investment planning ), yaitu membeli atau menjual produk investasi dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan bagi portofolio klien.
Mengapa? Karena di dalam perencanaan investasi, kesempatan untuk mendapatkan komisi dari penjualan produk investasi (saham, obligasi, atau reksadana, atau produk investasi lainnya) juga paling besar. Tetapi, benturan kepentingan antara kepentingan klien dan kepentingan perencana keuangan juga paling mungkin terjadi dalam perencanaan investasi ini.
Dalam hal portofolio klien hanya terdiri atas  paper assets  ( intangible assets ), rekomendasi perencanaan investasi akan berupa pembelian atau penjualan atas saham-saham (yang akan naik atau turun dalam waktu dekat), dan bukan pada manajemen resiko.
Bagian tersulit dalam perencanaan keuangan ( financial planning ) memang terletak pada perencanaan investasi ( investment planning ). Kalau seorang perencana keuangan sudah sedemikian luar biasa (akurat) dalam memberi nasihat investasi, dengan menggunakan logika sederhana saja, kita akan tahu bahwa perencana keuangan ini akan segera beralih profesi menjadi pedagang ( trader ) saham, bukan memberi nasihat investasi lagi.
Perencana keuangan yang baik, seperti yang sudah kita bahas dalam artikel sebelumnya tentang mencari perencana keuangan yang dapat dipercaya, pada syarat nomor dua, adalah bahwa perencana keuangan tidak menggampangkan masalah perencanaan investasi.
Perencana keuangan sering menggampangkan masalah perencanaan investasi ini dengan menganggap bahwa (1) semua klien akan puas dengan  paper assets  ( intangible assets ), dan (2) semua klien cukup melakukan investasi secara  buy and hold  sesuai dengan toleransi resikonya.
Pada artikel kali ini, kita akan membahas bahwa perencana keuangan yang baik itu - dengan menyadari bahwa perencanaan investasi ( investment planning ) merupakan suatu proses yang sangat sulit - akan terlebih dahulu mempersiapkan manajemen resiko sebelum merekomendasikan pembelian atau penjualan suatu produk investasi (bukan saja untuk  paper assets  seperti saham-saham atau reksadana, tetapi juga untuk  real assets  seperti properti dan bisnis perusahaan).
Ada dua hal dalam manajemen resiko yang wajib dilakukan oleh perencana keuangan.
 Pertama , pada waktu memberikan rekomendasi beli, maka perencana keuangan juga telah mempersiapkan bahwa pada kondisi-kondisi tertentu, nasihat investasi (rekomendasi) untuk membeli itu harus dihentikan, atau bahkan rekomendasi beli dapat berubah menjadi rekomendasi jual.
Demikian pula, pada waktu memberikan nasihat investasi (rekomendasi) untuk melakukan penjualan. Perencana keuangan seharusmya telah mempersiapkan opsi investasi lain yang akan menjadi alternatif investasi kembali ( reinvestment ) uang hasil penjualan tadi sehingga tidak terjadi uang menganggur ( idle cash ).
Dengan lain perkataan, perencana keuangan telah mempersiapkan tindakan yang perlu dilakukan oleh klien dalam satu siklus investasi, beli, jual, dan beli ulang (reinvestasi).
 Kedua , setiap nasihat investasi hanya diberikan karena alasan investasi, dan bukan karena alasan judi ( gambling ). Artinya, nasihat investasi diberikan karena nasihat itu, jika dijalankan, akan memberikan keuntungan yang pasti kepada klien (setidaknya secara matematis, asalkan tindakan investasi dilakukan atau diulang dalam jumlah frekuensi yang cukup besar, karena nilai ekspektansinya yang positif atau besar sekali).
Mengenai investasi atau judi ini kami perlu jelaskan sedikit mengenai konsep ekspektansi ( expectancy ) di sini. Suatu tindakan digolongkan sebagai judi jika nilai ekspektansinya kecil sekali atau mendekati nol. Misalnya, jika kita melempar satu koin, maka peluang ( probability ) untuk muncul kepala atau ekor adalah 50:50.
Artinya, peluang muncul kepala sama besar dengan peluang muncul ekor. Misalkan jika muncul kepala, maka klien memperoleh untung +100, dan jika muncul ekor maka klien rugi -100. Jika kejadian melempar koin diulang cukup banyak, maka kejadian muncul kepala sama besar dengan kejadian muncul ekor, yaitu nilai ekspektansi melempar koin itu adalah nihil (mendekati nilai nol apabila jumlah kejadian melempar koin dibuat cukup banyak). Di sini, untung atau rugi semata-mata hanyalah karena fungsi dari keberuntungan (luck) dan banyaknya frekuensi pelemparan koin.
Jadi, dapat dikatakan bahwa nilai ekspektansi ditentukan oleh dua hal:
(1) Probabilitas kejadian (munculnya kepala atau ekor),
(2) Tingkat keuntungan ( pay off ) untuk setiap probabilitas kejadian yang muncul.
Sedikit perhitungan matematika sederhana untuk menjelaskan konsep ekspektansi ini. Dalam melempar koin tadi, probabilitas kejadian (muncul kepala atau ekor) adalah 50:50, dan tingkat keuntungan ( pay off ) untuk setiap probabilitas kejadian adalah +100 untuk kejadian muncul kepala, dan -100 untuk kejadian muncul ekor. Dengan kata lain, nilai ekspektansi untuk tindakan melempar koin ini adalah ((50:50) x (+100)) + ((50:50) x (-100)) = 0
Sekarang kita bayangkan bahwa:
(1) Probabilitas kejadian tetap sama, 50:50, tetapi:
(2) Tingkat keuntungan ( pay off ) berubah sehingga untuk setiap kejadian muncul kepala klien akan memperoleh +500 tetapi untuk setiap kejadian muncul ekor klien hanya akan rugi -100.
Terlihat bahwa, untuk kasus ini, nilai ekspektansi naik drastis menjadi 4 (empat) dari sebelumnya 0 (nol).
Demikian juga yang seharusnya, seorang perencana keuangan pada waktu memberikan nasihat investasi (rekomendasi), maka ia harus yakin dahulu bahwa nasihat investasinya (rekomendasi) akan meningkatkan nilai ekspektansi portofolio kliennya (setidaknya secara matematis, apabila frekuensi kejadian investasi diulang cukup banyak). Dengan kata lain, nasihat investasinya benar-benar merupakan tindakan investasi dan bukan judi.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS

powered by: IPOTNEWS.COM