Minyak Variatif, Terjebak Antara Pengetatan Pasokan dan Lonjakan Kasus Covid
Tuesday, July 27, 2021       05:42 WIB

Ipotnews - Harga minyak berakhir variatif, Senin, setelah sesi yang berombak karena penyebaran varian Delta Covid-19 memicu kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar, tetapi pelemahannya dibatasi oleh proyeksi bahwa pasokan minyak mentah akan mengetat sepanjang sisa tahun ini.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 40 sen, atau 0,5%, menjadi USD74,50 per barel, demikian laporan  Reuters,  di New York, Senin (26/7) atau Selasa (27/7) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, melemah 16 sen, atau 0,2%, menjadi menetap di posisi USD71,91 per barel.
Di awal sesi, kedua tolok ukur merosot lebih dari USD1 per barel.
"Selera risiko jelas meningkat besar-besaran selama seminggu terakhir dan sama seperti aset berisiko lainnya, minyak mengambil jeda menjelang beberapa hari yang intens," kata Craig Erlam, analis OANDA.
"Pemulihan kuartal kedua membuat denyut nadi berpacu pada prospek apa yang akan datang. Gelombang Covid berikutnya adalah risiko penurunan, tetapi optimisme masih kuat dan untuk alasan yang baik."
Kasus virus korona terus meningkat selama akhir pekan lalu, dengan beberapa negara melaporkan rekor lonjakan harian dan memperpanjang tindakan penguncian. China, importir minyak mentah terbesar dunia, juga mencatat peningkatan kasus Covid-19.
Beberapa orang khawatir impor minyak China tahun ini dapat tumbuh pada tingkat paling lambat dalam dua dekade meski kenaikan tingkat penyulingan yang diprediksi pada semester kedua, karena tindakan keras Beijing terhadap penyalahgunaan kuota impor dikombinasikan dengan dampak dari harga minyak mentah yang tinggi.
"Varian Delta masih menyebar dan China mulai menekan  teapots  (pengilangan independen), sehingga pertumbuhan impor mereka tidak akan sebesar itu," kata Avtar Sandu, Manajer Phillips Futures Singapura.
Laporan dari India juga menunjukkan permintaan minyak tertekan, kata analis Commerzbank.
"Impor minyak pada Juni turun ke level terendah sembilan bulan, sementara pemrosesan minyak mentah hanya sedikit di atas level terendah Mei, yang dipengaruhi oleh pembatasan pandemi," kata Commerzbank.
Namun, kedua patokan minyak mentah pekan lalu pulih dari penurunan 7% di awal pekan dan menandai kenaikan mingguan pertama mereka dalam dua hingga tiga minggu, didorong permintaan Amerika yang kuat dan ekspektasi pasokan yang ketat.
Persediaan di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk minyak mentah berjangka WTI, turun sekitar 2,6 juta barel pekan lalu, kata para pedagang, mengutip data dari Wood Mackenzie.
Pasar minyak global diperkirakan tetap defisit meski ada keputusan Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC Plus, untuk meningkatkan produksi sepanjang sisa tahun ini.
"Tampaknya ada pertempuran dalam kompleks energi antara defisit pasokan yang direkayasa oleh OPEC Plus dan ancaman varian Delta Covid-19 di wilayah dengan tingkat vaksinasi yang rendah," kata analis StoneX, Kevin Solomon.
"Penerimaan vaksinasi yang lambat akan terus membatasi kenaikan permintaan minyak di wilayah tersebut, dan akan ada periode pemulihan yang terputus-putus dalam beberapa bulan mendatang." (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM