Neraca Pembayaran Kuartal I-2020 Diselamatkan oleh Kenaikan Investasi Asing Langsung
Tuesday, May 26, 2020       10:29 WIB

Ipotnews - Defisit neraca transaksi berjalan (CAD) Indonesia kuartal I-2020 (1Q20) meningkat menjadi 1,4% dari PDB, lebih rendah dibanding CAD 4Q19, sebesar 2,6% dari PDB. Penurunan defisit didukung oleh neraca perdagangan barang yang lebih baik sebesar USD4,4 miliar.
Tim Riset Indo Premier mencatat neraca keuangan 1Q20 berbalik menjadi -USD2,9 miliar, dari +USD12,6 miliar di 4Q20, yang disebabkan oleh aliran keluar portofolio, namun diimbangi oleh investasi asing langsung (FDI) yang lebih tinggi sebesar USD3,5 miliar.
"Rupiah mungkin akan tetap stabil di kisaran Rp14.500 per USD karena persyaratan pembiayaan eksternal dapat diimbangi oleh aliran modal yang masuk," tulis ekonom Tim Riset Indi Premier, Luthfi Ridho dan Desty Fauziah dalam kesimpulan kajiannya, Rabu (20/5).
Mereka mencatat, perbaikan defisit neraca transaksi berjalan (CAD) disebabkan oleh impor minyak yang lebih rendah, sehingga menyempit menjadi 1,4% dari PDB di 1Q20, dari -2,6% dari PDB di 4Q19. Menurut Tim Riset, peningkatan CAD sebagian besar disebabkan oleh neraca perdagangan barang yang lebih baik setelah penurunan impor minyak sebesar 19,1% (qoq) atau 2,3% (yoy), yang sebagian besar disebabkan oleh penurunan harga minyak selama kuartal tersebut (sekitar -20% yoy).
"Kondisi ini diimbangi dengan defisit pendapatan primer yang terus-menerus tinggi di USD8,1 miliar pada 1Q20 (lebih rendah dibanding 4Q19, sebesar USD8,3 miliar), karena repatriasi dividen yang berkelanjutan sebear USD5,0 miliar (dari USD5,2 miliar di 4Q19). Ini menunjukkan pendapatan perusahaan asing di Indonesia yang stabil selama 1Q20," ungkap Lutfhi dan Desty.
Sementara itu, mereka mencatat, surplus dalam neraca keuangan berbalik menjadi -USD2,9 miliar pada 1Q20 dari +USD12,6 miliar di 4Q19. Hal ini disebabkan oleh aliran keluar dalam portofolio dan investasi lainnya sebesar -USD5,8 miliar dan -USD 0,5 miliar (dari +USD7,1 miliar dan +2,4 miliar di 4Q19). Namun catatan minus tersebut diimbangi oleh surplus FDI sebesar USD3,5 miliar (qoq, relatif mendatar).
"Surplus FDI cukup mengejutkan, karena dana yang masuk dari  emerging  Asia (Hongkong dan Korea) dan Jepang naik menjadi USD2,0 miliar dan USD1,2 miliar di 1Q20, dari USD1,9 miliar dan USD0,3 miliar di 4Q19. Investasi dari e merging  Asia masuk ke sektor manufaktur, sedangkan investasi dari Jepang dalam bentuk kepemilikan tambahan ke salah satu bank di Indonesia," papar Tim Riset.
Mengacu pada perkembangan tersebut, Tim Riset berpendapat bahwa stabilitas eksternal Indonesia akan tetap kuat di tahun 2020. Secara keseluruhan, neraca pembayaran (BOP) mencatat arus keluar USD8,5 miliar di 1Q20, dari aliran masuk USD4,3 miliar di 4Q19. "Kami berpandangan bahwa CAD akan sekitar 2% dari PDB dan neracca keuangan akan kembali mencatat surplus sekitar US $ 16 miliar pada tahun 2020," sebut Tim Riset.
"Kami percaya stabilitas eksternal akan tetap kuat pada tahun 2020, karena otoritas moneter telah mengambil banyak langkah untuk mengatasi gejolak global setelah wabah virus. Selain itu, kami juga percaya bahwa Rupiah akan terus mengalami apresiasi seiring dengan melemahnya harga minyak global dan aliran masuk modal yang kuat." (Tim Riset Indo Premier)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM