Ipotnews - Pasar saham Wall Street menguat untuk hari ketiga berturut-turut, Rabu, mendorong S&P 500 kembali ke level tertinggi sebelum ketakutan coronavirus merebak.
Indeks berbasis luas S&P 500 ditutup 1,13% lebih tinggi atau 37,10 poin menjadi 3.334,69, dipimpin kenaikan kuat di sektor energi, keuangan dan healthcare, demikian laporan CNBC dan AFP , di New York, Rabu (5/2) atau Kamis (6/2) pagi WIB.
Penguatan itu mendorong S&P 500 ke rekor penutupan tertinggi, yang juga menghapus kerugian dari ketakutan terhadap virus korona.
Pada satu titik, S&P 500 merosot sebanyaknya 3,1% karena kekhawatiran seputar virus yang menyebar cepat. Indeks itu juga melihat lonjakan volatilitas di tengah kekhawatiran virus tersebut, mencatatkan lima pergerakan setidaknya 1% selama dua pekan terakhir.
"Masih ada ketidakpastian seputar coronavirus , tetapi ini tampaknya bukan risiko terbuka seperti pekan lalu," kata Dave Lafferty, Kepala Strategi Pasar Natixis Investment Managers.
Sementara itu, Dow Jones Industrial Average ditutup melambung 483,22 poin atau 1,7%, menjadi 29.290,85. UnitedHealth dan IBM masing-masing melesat lebih dari 4% untuk memimpin Dow lebih tinggi. Penguatan Rabu menempatkan indeks 30 saham unggulan itu berada dalam jarak yang sangat dekat untuk mencapai tingkat sebelum coronavirus tersebut merebak.
Kasus virus korona yang terkonfirmasi di China hampir 25.000, merenggut nyawa 490 orang. Presiden Donald Trump mengatakan dalam pidato State of the Union, Selasa, bahwa AS "bekerja sama" dengan pemerintah China untuk mengendalikan virus tersebut.
"Kami pikir jumlah kasus baru yang dilaporkan akan menjadi rambu kritis," kata Niall MacLeod, analis UBS.
Rabu, Reuters mengatakan media TV China melaporkan bahwa tim peneliti di Universitas Zhejiang menemukan obat yang efektif untuk mengobati orang dengan coronavirus baru tersebut. Kantor berita itu, mengutip pedagang, menyebutkan ini adalah alasan bagi saham untuk bergerak lebih tinggi.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Tidak ada terapi efektif yang diketahui terhadap 2019-nCoV ini."
Nasdaq Composite Index tertinggal dari Dow dan S&P 500, ditutup 0,43% lebih tinggi atau 40,71 poin menjadi 9.508,68 setelah menguat lebih dari 1% pada hari sebelumnya.
Saham Tesla anjlok lebih dari 17%, mencatat hari terburuk kedua mereka. Kejatuhan Tesla terjadi setelah analis Wall Street menyerukan kehati-hatian pada saham tersebut yang terbang tinggi. Tesla melejit lebih dari 80% pada tahun ini, bahkan dengan penurunan di sesi Rabu.
Analis otomotif Barclays, Brian Johnson--yang memperkirakan penurunan 65% Tesla--mengatakan dalam sebuah catatan "pergerakan harga baru-baru ini mengingatkan kita pada NASDAQ 1999. "Dia juga mengatakan Tesla "secara fundamental dinilai terlalu tinggi."
Analis Canaccord Genuity dan New Street Research men- downgrade sahamnya, menekan sentimen di sekitarnya, bersama dengan berita tentang penundaan pengiriman Tesla Model 3 yang direncanakan di China karena wabah virus korona.
Pasar yang lebih luas juga mendapat dorongan setelah ADP dan Moody's Analytics mengatakan penggajian sektor swasta Amerika naik 291.000 pada Januari. Itu merupakan kenaikan payroll bulanan terbesar dalam hampir lima tahun.
Laporan dari ADP dan Moody's Analytics sering dilihat sebagai pratinjau laporan ketenagakerjaan bulanan resmi pemerintah, yang akan dirilis Jumat pagi waktu setempat.
"Karena data hari ini jauh di atas ekspektasi pasar, rilis itu kemungkinan akan menginspirasi analis lain untuk merevisi perkiraan mereka," kata Ward McCarthy, Kepala Ekonom Keuangan Jefferies. (ef)
Sumber : Admin
powered by: IPOTNEWS.COM