Ipotnews - Dolar AS merosot, Senin siang, karena pasar terbebani dampak serangan di Suriah oleh Amerika dan sekutunya, akhir pekan lalu, meski pelemahannya relatif terbatas karena aksi militer tersebut tidak memicu risk aversion (keengganan mengambil risiko) yang lebih luas.
Amerika Serikat, Perancis dan Inggris meluncurkan rudal yang menargetkan apa yang dikatakan Pentagon adalah fasilitas senjata kimia di Suriah, Sabtu, sebagai pembalasan atas dugaan serangan gas beracun pada 7 April, demikian laporan Reuters , di Tokyo, Senin (16/4).
Dikatakan bahwa aksi militer tersebut kemungkinan tidak akan berkepanjang, Presiden Donald Trump menyebutkan "misi selesai" setelah serangan itu. Namun masih ada kekhawatiran tentang potensi reaksi Rusia terhadap sanksi ekonomi terbaru dari Washington.
Indeks Dolar AS--ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama--turun 0,05 persen menjadi 89,741.
Mata uang Amerika itu tercatat 0,1 persen lebih rendah menjadi 107,245 yen, setelah kenaikan singkat menjadi 107,610 di sesi awal perdagangan Senin. Itu berada dalam jangkauan mendekati level teringgi dua bulan 107,780 yen yang dicapai Jumat lalu.
Meski yen biasanya menarik permintaan saat terjadi ketegangan politik dan gejolak pasar karena status safe haven -nya, pelemahan dolar AS terhadap mata uang Jepang itu relatif terbatas.
"Reaksi dalam mata uang relatif terbatas karena Presiden Trump menyampaikan pemberitahuan terlebih dahulu tentang kemungkinan serangan terhadap Suriah, memberikan waktu yang cukup bagi para spekulan untuk bersiap-siap menghadapi peristiwa yang sebenarnya," kata Yukio Ishizuki, analis Daiwa Securities.
"Banyak spekulan menunjukkan kurang merespons sejumlah faktor pendukung yen akhir-akhir ini, setelah Bank of Japan menegaskan tidak akan menormalkan kebijakannya dalam waktu dekat. Ini berlaku untuk faktor domestik juga, seperti penurunan peringkat dukungan bagi (Perdana Menteri Jepang Shinzo) Abe."
Dukungan untuk Perdana Menteri Abe, yang digoyang oleh tuduhan kronisme dan menutupi praktik itu, jatuh ke posisi 26,7 persen dalam sebuah survei televisi swasta Nippon TV yang dirilis Minggu, tingkat terendah sejak dia menjabat pada Desember 2012.
Euro naik tipis 0,05 persen menjadi USD1,2335 setelah mengakhiri perdagangan Jumat dengan sedikit perubahan.
Poundsterling 0,2 persen lebih tinggi menjadi USD1,4261 setelah melesat ke level tertinggi tiga bulan USD1,4296, Jumat.
Ekspektasi kenaikan suku bunga dari Bank of England menjadi pendorong utama kenaikan sterling dalam beberapa hari terakhir.
Sementara itu, dolar Australia menguat 0,05 persen menjadi USD0,7773 dan dolar Selandia Baru sedikit berubah pada posisi USD0,7354. (ef)
Sumber : Admin
powered by: IPOTNEWS.COM