Pasar Khawatir Ekonomi Global Melambat Akibat Sikap The Fed, Rupiah Ditutup Melemah
Friday, May 13, 2022       16:15 WIB

Ipotnews - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah di akhir pekan ini. Pelaku pasar khawatir langkah Federal Reserve dalam memperketat kebijakan moneternya akan memperlambat pemulihan pertumbuhan ekonomi global.
Mengutip data Bloomberg, Jumat (13/5) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp14.612 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan pelemahan 14 poin atau 0,10% dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Kamis sore kemarin (12/5) di level Rp14.598 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat pada hari Jumat. "Ini disebabkan kekhawatiran pelaku pasar bahwa tindakan bank sentral AS untuk menurunkan inflasi yang tinggi akan menghambat pemulihan pertumbuhan ekonomi global sehingga meningkatkan daya tarik mata uang safe-haven," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Jumat sore.
Data dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan klaim pengangguran awal mingguan naik ke level tertinggi dalam tiga bulan terakhir, meskipun pasar tenaga kerja tetap menjadi kekuatan ekonomi AS. Di sisi inflasi, indeks harga produsen menunjukkan perlambatan tajam di bulan April 2022 ke kenaikan 0,5% dari lonjakan 1,6% pada bulan Maret 2022.
"Investor telah mencoba untuk menilai seberapa agresif pengetatan kebijakan moneter The Fed nantinya. Ekspektasi pelaku pasar akan ada kenaikan lagi setidaknya 50 basis poin dalam pertemuan bank sentral bulan Juni mendatang," ujar Ibrahim.
Investor kini condong ke aset safe-haven seperti dolar AS karena meningkatnya kekhawatiran tentang kemampuan Fed untuk menekan inflasi tanpa menyebabkan ekonomi AS mengalami resesi. Ini masih ditambah dengan kekhawatiran akan dampak dari perang di Ukraina dan meningkatnya kasus COVID-19 di China yang melemahkan permintaan konsumsi global.
"Kekhawatiran tentang lingkungan stagflasi yang berkepanjangan dari pertumbuhan yang lambat dan harga yang tinggi juga telah mengurangi minat terhadap aset berisiko," tutur Ibrahim.
Dari dalam negeri, data Bank Indonesia menunjukkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2022 tetap tinggi sebesar USD135,7 miliar, meskipun menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Maret 2022 sebesar USD139,1 miliar. Ini sedikit menjadi sentimen positif sehingga pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS hari ini berlangsung tipis.
"Penurunan posisi cadangan devisa pada April 2022 antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan antisipasi kebutuhan likuiditas valas sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," tutup Ibrahim.
BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.
(Adhitya)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM