Pasar Khawatirkan Pertumbuhan dan Perdagangan, Wall Street Terjerembab
Wednesday, December 05, 2018       05:13 WIB

Ipotnews - Saham Wall Street terjerembab, Selasa, didorong kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan Amerika dan konflik perdagangan di tengah meningkatnya skeptisme atas gencatan tarif AS-China.
Dow Jones Industrial Average menyusut 799,36 poin atau sekitar 3,10 persen menjadi 25.027,07, demikian laporan  AFP  dan   CNBC  , di New York, Selasa (4/12) atau Rabu (5/12) pagi WIB.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 kehilangan 90,31 poin (3,24 persen) menjadi 2.700,06, sedangkan Indeks Komposit Nasdaq anjlok 3,80 persen atau 283,09 poin menjadi 7.158,43.
Sehari setelah reli saham global yang dipicu pengumuman Amerika-China menangguhkan tarif baru di ajang KTT G-20, Argentina, akhir pekan lalu, pasar global sebagian besar tertekan kembali karena fokus investor bergeser pada kekhawatiran atas apa yang telah disepakati dan kesulitan mencapai resolusi untuk menyelesaikan sejumlah masalah pelik, seperti kekayaan intelektual.
"Pelaku pasar mulai membedah realitas perjanjian tarif tersebut," kata Nate Thooft, Senior Portfolio Manager Manulife.
Presiden Donald Trump tampaknya kembali ke pola  fighting mode  setelah acara persahabatan akhir pekan lalu, mengatakan dia akan "senang" menandatangani kesepakatan yang "adil" dengan China tetapi juga siap untuk mengambil garis yang lebih keras.
"I am Tariff Man," tutur Trump di Twitter. "Ketika orang atau negara datang untuk merebut kekayaan Bangsa kita, saya ingin mereka membayar hak istimewa untuk melakukannya. Itu akan selalu menjadi cara terbaik untuk memaksimalkan kekuatan ekonomi kita. Kita sekarang mengambil miliaran dalam Tarif. Jadikan Amerika Kaya Lagi."
Kejatuhan saham Wall Street juga terjadi di tengah sinyal dari pasar obligasi yang secara tradisional menjadi pendahuluan dari resesi.
Perbedaan dalam imbal hasil antara US Treasury bertenor dua dan sepuluh tahun menyempit tajam dalam beberapa hari terakhir, meningkatkan kekhawatiran tentang apa yang disebut "inversi" di mana bunga obligasi jangka pendek melampaui imbal hasil surat utang jangka panjang.
Saham mulai jatuh ke posisi terendah pada sesi Selasa setelah Jeffrey Gundlach, CEO Doubleline Capital, mengatakan kepada  Reuters  bahwa pembalikan ini menandakan ekonomi "siap untuk melemah."
Catatan dari S&P Global Ratings memperkirakan pertumbuhan Amerika akan melambat dari 2,9 persen di 2018 menjadi 2,3 persen pada 2019, dan 1,8 persen pada 2020, menambahkan bahwa AS mendekati tahap "terakhir" dari siklus pertumbuhan multi-tahun.
Saham raksasa perbankan berada di antara  big loser  pada penutupan Selasa, dengan JPMorgan Chase dan Citigroup merosot 4,4 persen, dan Bank of America kehilangan 5,4 persen.
Perusahaan teknologi juga tertekan, termasuk Apple, yang anjlok 4,4 persen, Amazon, melorot 5,9 persen dan Microsoft, turun 3,2 persen. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM