Ipotnews - Dolar melemah, Kamis, dalam sesi yang bergejolak, setelah komentar dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyerukan suku bunga yang lebih rendah tanpa memberikan kejelasan tentang tarif, dan investor menunggu serangkaian pengumuman kebijakan dari bank sentral global.
Dolar merosot lebih dari 1% dalam seminggu, sebagian besar disebabkan penurunan tajam pada sesi Senin, karena pengumuman tarif yang diprediksi secara luas dari Trump gagal terwujud setelah pelantikannya. Dolar hanya bergerak sedikit sejak itu, demikian laporan Reuters, di New York, Kamis (23/1) atau Jumat (24/1) pagi WIB.
Greenback berayun antara keuntungan dan kerugian, Kamis, karena Trump menuntut dunia menurunkan suku bunga dalam pidatonya di depan pemimpin bisnis dan politik global di Davos, Swiss. Dia juga memperingatkan bahwa mereka akan menghadapi tarif jika membuat produk di mana pun kecuali Amerika.
Meski sering menyebutkan tarif, Trump kembali menolak untuk memberikan rincian tugas apa pun yang ingin dia terapkan.
"Kita tidak memiliki informasi yang benar-benar pasti untuk dijadikan acuan, jadi hingga mendapatkan jawaban yang pasti, kita akan terus melihat sedikit lebih banyak volatilitas," kata David Eng, Investment Adviser Sonora Wealth Group di Vancouver.
"Sepertinya pasar lebih khawatir tentang pemotongan suku bunga dan segala jenis indikator yang lebih besar bahwa akan ada lebih banyak pemangkasan suku bunga."
Investor menantikan sejumlah keputusan kebijakan dari bank sentral global, pekan depan, dengan Bank of Japan secara luas diperkirakan menaikkan suku bunga pada akhir pertemuan dua hari, Jumat.
Keputusan suku bunga dari Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa (ECB) dijadwalkan pada Rabu dan Kamis minggu depan.
Pasar memperkirakan peluang hampir 96% bahwa ECB akan memangkas suku bunga pada pertemuannya, dengan komentar terbaru dari perumus kebijakan bank sentral tersebut yang mengindikasikan kemungkinan pemotongan.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang termasuk yen dan euro, turun 0,19% menjadi 108,06, dengan euro menguat 0,14% jadi USD1,0422.
Greenback anjlok 1,2% pada sesi Senin dalam penurunan satu hari tertajam sejak November 2023, karena hari pertama Trump menjabat disertai serangkaian perintah eksekutif tetapi tanpa tarif.
Dolar melejit ke level tertinggi lebih dari dua tahun di 110,17 pada 13 Januari, karena ekonomi Amerika yang tangguh dan ekspektasi tarif AS, yang dapat membebani mata uang negara lain.
Data Kamis memperlihatkan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran Amerika naik sedikit minggu lalu, yang mengindikasikan bahwa pertumbuhan lapangan kerja yang solid kemungkinan berlanjut pada Januari.
Pekan ini, Trump mengatakan pemerintahannya sedang mempertimbangkan untuk mengenakan tarif 10% pada barang yang diimpor dari China mulai 1 Februari, setelah sebelumnya dia mengatakan Meksiko dan Kanada dapat menghadapi pungutan sekitar 25% pada tanggal tersebut. Trump juga menjanjikan bea masuk pada impor Eropa, tanpa memberikan rincian.
Senin, Trump menandatangani nota perdagangan yang memerintahkan badan federal untuk meninjau berbagai masalah perdagangan pada 1 April, yang diyakini banyak pelaku pasar akan menjadi tanggal penting dalam mengungkap rencana tarif.
Poundsterling menguat 0,31% menjadi USD1,2354. Peso Meksiko melesat 0,92% terhadap dolar menjadi 20,329.
Dolar Kanada menguat 0,16% versus greenback menjadi 1,435. Bank sentral Kanada sebagian besar diperkirakan memangkas suku bunga pada pertemuan kebijakan pekan depan setelah data inflasi awal minggu ini berada di bawah target 2%.
Yen Jepang meningkat 0,33% terhadap dolar menjadi 155,99. Dolar naik tipis 0,06% menjadi 7,282 versus yuan China di pasar offshore.
China mengumumkan rencana untuk menyalurkan investasi ratusan miliar yuan dari perusahaan asuransi milik negara ke dalam saham, Kamis. (ef)
Sumber : Admin
powered by: IPOTNEWS.COM