Profesor Israel: Obat Kolesterol Mampu Degradasi Covid-19 Menjadi Flu Biasa, Ini Penjelasannya...
Thursday, July 16, 2020       06:09 WIB

Ipotnews - Seorang profesor dari Hebrew University, Israel, mengaku berhasil menemukan faktor yang membuat virus corona baru ( SARS COV-2) begitu ganas, sekaligus cara mengatasinya hanya dengan menggunakan obat anti kolesterol; Namun, klaim ini belum diujicobakan ke manusia.
Profesor Yaakov Nahmias menyebut obat anti kolesterol yang banyak digunakan, fenofibrate, dapat "menurunkan" tingkat bahaya dari coronavirus menjadi flu biasa, setelah mengujinya pada jaringan manusia yang terinfeksi.
Menurut Nahmias, penelitiannya menunjukkan bahwa coronavirus baru sangat jahat karena menyebabkan lipid disimpan di paru-paru.
"Jika temuan kami didukung oleh studi klinis, pengobatan ini berpotensi menurunkan keparahan COVID-19 menjadi tidak lebih daripada flu biasa," kata Nahmias.
Tidak seperti remdesivir, yang tengah naik daun karena pengaruhnya terhadap pasien coronavirus, fenofibrate yang terkadang dijual dengan merek Tricor, sudah terakreditasi oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat dan pasokannya berlimpah. Remdesivir masih sedikit tersedia dan juga masih menunggu persetujuan penuh oleh regulator seperti FDA.
Nahmias, yang juga direktur di Grass Center for Bioengineering Hebrew University, mencapai kesimpulannya dalam penelitian bersama dengan Dr Benjamin tenOever di Mount Sinai Medical Center, New York. Makalah mereka telah muncul di portal online yang dijalankan oleh Cell Press, penerbit jurnal biomedis, yang khusus untuk penelitian yang belum ditinjau oleh pakar sejawat (peer review).
Nahmias dan tenOever melakukan tes laboratorium pada sel paru-paru manusia yang terinfeksi SARS -CoV-2 dan Nahmias mengatakan bahwa mereka tiba pada gagasan bahwa obat kolesterol dapat membantu setelah mempelajari cara di mana coronavirus novel "membajak" tubuh manusia.
"Pertanyaannya adalah mengapa coronavirus baru ini sangat berbeda dari kerabat dekatnya yang hanya menyebabkan flu biasa? Apa yang kita lihat adalah bahwa virus ini benar-benar mengubah metabolisme lipid di paru-paru manusia. Coronavirus baru menyebabkan tetesan lipid kecil menumpuk di paru-paru, sesuatu yang biasanya tidak Anda lihat di paru-paru dalam jumlah yang signifikan," papar Nahmias kepada The Times of Israel.
Proses serupa, bergantung pada virus yang menyimpan lemak, tampaknya juga terjadi di bagian lain tubuh, seperti hati, kata Nahmias.
Dia percaya bahwa virus melakukan ini untuk melanggengkan dirinya di dalam inang, dan bahwa jika proses ini dapat dihentikan, itu akan menghentikan timbulnya masalah dengan organ - biasanya paru-paru - yang menyebabkan virus berdampak buruk pada pasien.
Dia mengatakan virus mengganggu kemampuan tubuh untuk memecah lemak, dan fenofibrate memulai proses ini.
"Hal yang menarik tentang penelitian kami adalah fenofibrate sebenarnya mengikat dan mengaktifkan situs pada DNA yang dimatikan oleh virus - bagian dari DNA kita yang memungkinkan sel-sel kita membakar lemak. Infeksi virus menyebabkan sel-sel paru-paru mulai menimbun lemak, dan fenofibrate memungkinkan sel untuk membakarnya."
Proses restart itu, kata dia, begitu cepat, seperti katup di lepas dari bak kamar mandi.
Nahmias mengatakan bahwa tingkat bahaya yang tinggi dari coronavirus tidak disebabkan oleh infeksi atau kemampuan umum tubuh untuk membersihkan diri dari virus, tetapi karena gejala unik yang ditimbulkannya. "Tubuh Anda dapat dengan mudah menangani virus, yang perlu kita lakukan hanyalah mengatasi gejalanya," katanya.
"Kita perlu memberi waktu pada tubuh untuk membersihkan virus tanpa mengalami gangguan pernapasan. Dan dengan melakukan ini saya pikir kita bisa mengubah virus menjadi sesuatu yang jauh lebih tidak serius, seperti flu biasa."

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM