Ipotnews - Sepanjang 2019 kinerja keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk () yang juga anggota indeks Kompas 100, oleh para analis sekuritas dinilai sangat bergantung pada seberapa besar upaya perseroan mendorong pertumbuhan kreditnya.
Adapun hingga April 2019 kredit perseroan tumbuh sekitar 7% year on year (yoy). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan target yang dipatok , yakni 10% di akhir 2019.
Menurut analis RHB Sekuritas, Alvin Baramuli, selaku Bank Pembangunan Daerah (BPD) kinerja atau performa belum sekuat Bank BUKU III pada umumnya. Dengan pertumbuhan kredit yang masih berada di bawah pertumbuhan rata-rata industri.
"Selain itu, kualitas aset juga perlu menjadi perhatian, karena berkaca dari rasio kredit macetnya atau non performing loan -nya (NPL)," kata Alvin seperti dikutip kontan.co.id, Senin (20/5).
berhasil menurunkan rasio NPL nya ke posisi 3,46% setelah setahun sebelumnya sempat naik ke level 4,84%. Hal ini sejalan dengan langkah perbaikan kualitas kredit dan mitigasi yang dilakukan , termasuk pemupukan cadangan yang telah dilakukan dalam tiga tahun terakhir.
Sementara itu, dalam tiga bulan pertama 2019 laba bersih tumbuh sebesar 7,61% secara yoy dari Rp 376,84 miliar menjadi Rp 405,52 miliar. Mayoritas laba, disumbang oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) mencapai 12,06% yoy menjadi Rp 979,87 miliar.
Adapun peningkatan terbesar berasal dari segmen kredit komersial yang tumbuh mencapai 16,61% dari Rp 6,13 triliun di kuartal I-2018 menjadi Rp 7,15 triliun di periode 2019. Mayoritas kredit komersial ini berasal dari kredit korporasi dan sindikasi yang berkaitan dengan program Pemerintah termasuk infrastruktur.
Sementara itu tumpuan kredit perseroan berasal dari segmen konsumer yang naik relatif tipis 4,6% yoy menjadi Rp 21,38 triliun per akhir Maret 2019 lalu. Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), mencatatkan peningkatan sebesar 15,6% yoy menjadi sebesar Rp 51,81 triliun dari periode setahun sebelumnya Rp 44,99 triliun.
"Kalau dilihat dari valuasi sahamnya, tidak terlalu mahal. Jadi, rekomendasi kami untuk saat ini cenderung neutral dengan target harga Rp 665 per saham di akhir tahun," jelas Alvin seraya memprediksi, masih bisa membukukan kenaikan laba, khususnya dengan melakukan perbaikan dari sisi kualitas aset. Meskipun begitu, pertumbuhan laba yang dihasilkan belum terlalu maksimal di tahun ini.
Selain itu, juga memiliki peluang untuk menumbuhkan kreditnya dari segmen natural seperti kredit komersial. Utamanya, didukung penyaluran kredit yang berkaitan dengan program pemerintah dan infrastruktur. (winardi)
Sumber : Admin
powered by: IPOTNEWS.COM