Saham Teknologi Terbebani Kenaikan Yield, S&P 500 dan Nasdaq Tergelincir
Tuesday, September 28, 2021       05:02 WIB

Ipotnews - Indeks S&P 500 dan Nasdaq berakhir di zona merah, Senin, dengan investor beralih ke saham  value  karena sektor teknologi--dirugikan oleh kenaikan imbal hasil Treasury--membebani ekuitas di pekan terakhir kuartal ketiga 2021.
Dari tiga indeks utama Wall Street, hanya saham unggulan Dow Jones Industrial Average yang ditutup di wilayah positif, didukung sektor keuangan dan industri.
Indeks berbasis luas S&P 500 melemah 0,28% atau 12,37 poin menjadi 4.443,11 dan Nasdaq Composite Index turun 0,52% atau 77,73 poin menjadi 14.969,97 karena saham teknologi mengalami tekanan, demikian laporan  Reuters  dan   CNBC ,  di New York, Senin (27/9) atau Selasa (28/9) pagi WIB.
Dari 11 sektor utama di S&P 500, enam ditutup lebih rendah. Real estate dan  healthcare  mengalami persentase kerugian terbesar.
Sementara, Dow Jones Industrial Average menguat 71,37 poin atau 0,21% menjadi 34.869,37 karena saham energi dan perbankan didorong lebih tinggi.
Perbedaan untuk indeks utama Wall Street terjadi karena imbal hasil Treasury meningkat. Imbal hasil US Treasury 10-tahun melesat karena optimisme ekonomi dan ketakutan inflasi, secara singkat melampaui 1,5% pada sesi Senin. Itu merupakan level tertinggi sejak Juni dan naik dari 1,30% pada akhir Agustus.
"Kami meyakini pergerakan [pasar obligasi] memberikan percikan lainnya bagi 'Value Rip' di seluruh pasar ekuitas. Dalam pandangan kami, arah suku bunga jangka panjang bakal tetap menjadi pendorong #1  return  pasar, rotasi sektor & kinerja tematik pada pekan-pekan mendatang," kata Chris Senyek, analis Wolfe Research.
Kendati  value index  S&P 500 mencatat pertumbuhan yang buruk sepanjang tahun ini, kesenjangan itu menyempit pada September karena investor semakin menyukai saham dengan valuasi yang lebih rendah yang paling diuntungkan dari kebangkitan ekonomi.
Saham yang terkait dengan kembalinya ekonomi meningkat ketika saham teknologi berguguran dengan kasus Covid di Amerika Serikat terus bergulir.
Kasus di Amerika rata-rata sekitar 120.000 per hari selama seminggu terakhir, menurut data yang dikumpulkan Universitas Johns Hopkins, turun dari rata-rata 7 hari lebih dari 166.000 kasus pada puncak gelombang terbaru ini pada awal September. CEO Pfizer Albert Bourla, Minggu, mengatakan Amerika dapat kembali normal "dalam setahun" meski vaksinasi tahunan mungkin diperlukan.
Carnival Corp melesat 3,7% dan United Airlines bertambah 0,6%. Saham Boeing melonjak 1,3%.
Kenaikan imbal hasil tampaknya mendorong saham keuangan pada sesi Senin, dengan KBW Bank Index melejit 2,9%. Saham Goldman Sachs dan JPMorgan Chase melambung lebih dari 2%, menjadikannya beberapa emiten yang mencatat kinerja terbaik di Dow.
Titik terang lainnya untuk pasar adalah energi, dengan sejumlah saham seperti Exxon Mobil dan Occidental Petroleum meningkat karena minyak mentah WTI melanjutkan pergerakan September, melampaui USD75 per barel. Harga gas alam juga naik pada Senin ketika investor memantau kekhawatiran kekurangan energi di Eropa.
Pergerakan energi menunjukkan ada "kekhawatiran atas pasokan di pasar minyak mentah dan gas alam," kata Adam Karpf, Direktur Pelaksana CIBC Private Wealth. "Kita berbicara di masa lalu tentang ini benar-benar menjadi pemulihan yang didorong oleh permintaan dan reli dengan  reopening trade , dan itu adalah bagian dari apa yang terjadi, tetapi saya piker kenaikan baru-baru ini juga merupakan fungsi kekhawatiran pasokan."
Di Washington, negosiasi mengenai APBN dan menaikkan plafon utang memanas pada awal minggu yang juga dapat mencakup pemungutan suara terkait RUU infrastruktur senilai USD1 triliun yang diusung Presiden Joe Biden. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM