Ipotnews - Harga minyak menurun seiring naiknya ketegangan antara Washington dan Beijing setelah China mengumumkan rencana untuk memberlakukan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong.
AS pun telah menyiapkan rancangan undang-undang (RUU) untuk memberikan sanksi kepada China sebagai sumber dari wabah virus yang telah menewaskan 334.680 masyarakat AS per 21 Mei 2020.
Namun, China mengancam akan melakukan balasan dan menyatakan AS hanya mencoba mengalihkan tanggung jawab atas ketidakmampuan untuk mengatasi masalah negaranya. Ketegangan tersebut pun memupuskan harapan pasar terhadap perundingan dagang untuk membuat kesepakatan dagang fase kedua yang dijadwalkan pada November 2020.
Padahal sebelumnya harga minyak sempat naik setelah secara global sejumlah negara melonggarkan lockdown-nya akibat pandemi virus corona.
Adapun mengacu data seperti dikutip CNBC , harga minyak dunia bergerak naik sepanjang pekan lalu. Harapan akan kehidupan yang lebih baik seiring meredanya serangan virus corona berhasil melambungkan harga minyak. Sepanjang minggu lalu, harga minyak jenis brent naik 8,09%. Sementara yang jenis light sweet terangkat nyaris 13%.
Sementara, berdasarkan data seperti dikutip Blomberg, Senin (25/5), di pasar bursa New York Futures Exchange ( NYFE ) harga minyak turun 0.4%, setelah sebelumnya di bursa Asia harga minyak turun 2% pada Jumat (22/35).
Terkait hal itu China telah memperingatkan AS bahwa sikapnya yang bisa memicu 'Perang Dingin versi baru' alan mengakibatkan permintaan minyak dunia yang membaik bisa berantakan. Apalagi Pemerintah China telah melakukan keputusan langka dengan tidak memasang target pertumbuhan ekonomi 2020 lantaran ketidakpastian yang disebabkan pandemi virus corona.
Namun demikian AS sendiri telah berusaha membangkitkan pasar minyaknya dan mulai mengoperasikan sejumlah pertambangan minyaknya. AS dan Eropa pada minggu ini juga akan menggelar pertemuan untuk mencari solusi agar industri minyak raksasa seperti Total SA, BP Plc, Exxon Mobil Corp. and Chevron Corp bisa beroperasi lagi setelah terhambat lockdown. Rusia sendiri turut mendukung pertemuan itu dan berharap industri minyak bergairah lagi pada pertengahan Juni mendatang. (winardi)
Sumber : Admin
powered by: IPOTNEWS.COM