Senat AS Gagal Loloskan Stimulus Fiskal Virus Korona, Wall Street Jatuh Lagi
Tuesday, March 24, 2020       05:09 WIB

Ipotnews - Bursa saham Wall Street turun tajam, Senin, setelah anggota parlemen AS gagal meloloskan paket stimulus fiskal masif untuk mengurangi tekanan ekonomi akibat virus korona.
Perundingan terus berlangsung, tetapi investor meyakini semakin lama Washington menunggu, semakin besar kerusakan yang ditimbulkan terhadap ekonomi.
Dow Jones Industrial Average berakhir 582,05 poin lebih rendah, atau anjlok 3,1%, menjadi 18.591,93, level penutupan terendah sejak November 2016, demikian laporan   CNBC   dan  Reuters,  di New York, Senin (23/3) atau Selasa (24/3) pagi WIB.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 merosot 2,9% atau 67,52 poin menjadi 2.237,40. Nasdaq Composite Index melemah 0,27% atau 18,84 poin menjadi 6.860,67 karena investor mulai membuat posisi pada saham teknologi.
Untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari 24 jam, sebuah RUU yang akan mengesahkan pengeluaran fiskal raksasa guna merangsang ekonomi gagal melewati rintangan prosedural utama. Sebelumny, Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan Kongres "sangat dekat" untuk menyelesaikan paket fiskal, mencatatnya harus didorong maju "hari ini".
"Kita menggunakan sebagian dana yang kita miliki, tetapi kita membutuhkan Kongres untuk menyetujui anggaran tambahan hari ini sehingga dapat bergerak maju dan mendukung pekerja Amerika serta ekonomi Amerika," kata Mnuchin.
Pemimpin Minoritas Senat, Chuck Schumer, mengatakan setelah kegagalan kedua tersebut, dia dan Mnuchin akan bertemu lagi untuk mencoba dan membuat sebuah kesepakatan.
Kegagalan meraih dukungan di Senat AS tersebut cukup untuk menekan Wall Street sekali lagi bahkan setelah Federal Reserve mengumumkan program pembelian aset. Bank sentral AS itu mengatakan program tersebut akan berjalan dalam "jumlah yang diperlukan untuk mendukung kelancaran fungsi pasar dan transmisi kebijakan moneter yang efektif bagi kondisi keuangan dan ekonomi yang lebih luas."
"Kendati tindakan The Fed merupakan bantuan besar, satu-satunya cara pasar akan menemukan kenaikan yang berkelanjutan adalah ketika ekonomi dibiarkan hidup kembali, atau setidaknya ada jalan yang nyata bagaimana hal itu akan terjadi," kata Paul Hickey, analis Bespoke Investment Group.
Serangkaian cuitan Presiden Donald Trump juga meresahkan pasar, kata para pedagang, karena mereka menandakan dia mempertimbangkan mengirim pekerja kembali beraktivitas sebelum pandemi tersebut terkendali.
Saham Boeing melesat 11%, mengungguli pasar, ketika Goldman Sachs mengatakan kepada klien bahwa perusahaan itu memiliki cukup dana untuk bertahan dari kejatuhan akibat virus korona dan perjalanan udara pada akhirnya akan kembali lagi. Sahamnya anjlok 66% sepanjang tahun ini. Raksasa kedirgantaraan juga menangguhkan pembagian dividennya.
Saham Apple jatuh 2,12%, membuat valuasi pasar sahamnya menjadi USD982 miliar, setingkat di bawah pemuncaknya, Microsoft, dengan valuasi USD1,03 triliun. Saham Microsoft turun 1%.
David Kostin, Kepala Strategi Ekuitas Goldman Sachs, mengatakan perbedaan antara pemulihan cepat atau berkepanjangan di pasar saham akan tergantung pada tiga faktor: Seberapa cepat virus itu tertangani, apakah bisnis akan memiliki "akses ke modal dan likuiditas yang cukup untuk bertahan selama 90 hingga 180 hari", dan apakah stimulus fiskal dapat menstabilkan proyeksi pertumbuhan.
"Jika  shutdown  jangka pendek menyebabkan  default  bisnis, penutupan, dan PHK permanen, kerusakan pada pertumbuhan laba perusahaan dapat bertahan setelah virus itu tertangani," kata Kostin.
Wall Street meminta sokongan ekonomi fiskal seiring peningkatan jumlah kasus virus korona. Jumlah kasus global yang dikonfirmasi melampaui 350.000 orang, dan kematian tercatat lebih dari 15.000, menurut data dari Johns Hopkins University. Di Amerika, lebih dari 35.000 kasus kini dikonfirmasi.
Ekonom Goldman Sachs, Jumat, memperkirakan kontraksi 24% untuk kuartal kedua setelah penurunan 6% pada kuartal pertama. Ekonom Morgan Stanley, Ellen Zentner, mengatakan dalam sebuah catatan, dia memperkirakan kontraksi 30% pada kuartal kedua. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM