Sentimen Risiko Menyusut, "Greenback" Berbalik Arah ke Jalur Apresiasi
Tuesday, January 05, 2021       05:21 WIB

Ipotnews - Dolar AS pulih kembali setelah jatuh ke level terendah sejak April 2018, Senin, karena melonjaknya kasus virus korona merusak sentimen  bullish  yang mengawali tahun baru di pasar global dan mendorong investor ke mata uang berisiko, seperti yuan dan euro.
Dengan suku bunga Amerika Serikat disematkan pada rekor terendah, defisit masif AS, dan keyakinan bahwa rebound perdagangan dunia akan mendorong mata uang non-dolar bergerak lebih tinggi,  greenback  awalnya melemah pada hari pertama perdagangan 2021 setelah jatuh hampir 7% pada tahun lalu.
Tetapi pelemahan dolar berbalik arah karena selera risiko memburuk tak lama setelah pembukaan perdagangan pasar ekuitas Wall Street, dengan indeks utama anjlok lebih dari 1% di tengah kekhawatiran atas peluncuran vaksin virus korona dan hasil pemilihan dua calon senator di Georgia yang akan menentukan kendali Senat.
Indeks Dolar (Indeks DXY), ukuran  greenback  terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, naik 0,159%, setelah menyentuh serendahnya di 89,415, level yang terakhir terlihat pada 17 April 2018, demikian laporan  Reuters  dan  Xinhua,  di New York, Senin (4/1) atau Selasa (5/1) pagi WIB.
"Masih banyak kendala di depan pasar saat ini, optimisme pasar hanya dapat melampaui risiko jangka pendek untuk waktu yang lama," kata Joe Manimbo, analis Western Union Business Solutions di Washington DC.
"Itulah yang membantu memperlambat penurunan dolar."
Mata uang China adalah penerima manfaat terbesar dari perdagangan dolar yang lemah ketika yuan meroket ke level tertinggi dua setengah tahun.
Yuan menguat menjadi 6,44 yuan per dolar setelah Beijing memangkas bobot dolar AS dalam keranjang indeks mata uang utama. Itu bisa mendorong nilai yuan lebih tinggi terhadap rekan-rekannya tahun ini, kata analis, sementara aktivitas pabrik China terus berakselerasi pada Desember.
Setelah tertekan  profit taking  Malam Tahun Baru, euro naik 0,9% menjadi USD1,2246, setelah menyentuh USD1,231, level tertinggi sejak April 2018 karena indikator ekonomi yang positif membantu penguatan mata uang bersama itu.
Juga, ukuran pertumbuhan yang diawasi ketat dalam aktivitas manufaktur Inggris meningkat ke level tertinggi dalam tiga tahun ketika pabrik bergegas untuk menyelesaikan pekerjaan sebelum akhir periode transisi pasca-Brexit pada 31 Desember.
Poundsterling, bagaimanapun, melepaskan keuntungan awalnya terhadap dolar, mundur di bawah USD1,37 karena langkah-langkah penguncian yang lebih ketat di Inggris akan diberlakukan. Terakhir, sterling diperdagangkan USD1,3557, turun 0,83% pada hari itu.
Mata uang  safe-haven  yen Jepang menguat 0,05% versus  greenback  menjadi 103,17 per dolar, setelah Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengatakan pemerintahnya sedang mempertimbangkan kondisi darurat di Tokyo karena kasus virus korona melonjak.
Pada akhir perdagangan di New York, dolar Australia turun menjadi USD0,7670 dari USD0,7694 di sesi sebelumnya. Sementara,  greenback  melemah ke posisi 0,8806 franc Swiss dari 0,8848 franc Swiss, dan menguat jadi 1,2772 dolar Kanada dari 1,2757 dolar Kanada. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM