Stimulus Fiskal Sulit Tercapai Sebelum Pilpres AS, Rupiah Lesu Siang Ini 
Tuesday, October 27, 2020       12:37 WIB

Ipotnews - Gedung Putih memberikan sinyal pengesahan RUU stimulus fiskal sulit terwujud sebelum pilpres Amerika Serikat. Kondisi ini menjadi sentimen negatif bagi aset-aset berisiko dan membuat kurs rupiah terhadap dolar AS melemah pada siang ini.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (27/10) dalam penutupan Sesi I, kurs rupiah diperdagangkan pada level Rp14.664 per dolar AS. Posisi tersebut melemah 14 poin atau 0,10% dibanding posisi penutupan perdagangan pasar spot pada Senin sore (26/10) di level Rp14.650 per dolar AS.
Analis PT Monex Investindo Futures, Faisyal, mengatakan tadi malam, penasehat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow, mengakui pembicaraan negosiasi stimulus fiskal masih berlansung. Namun proses ini membutuhkan waktu lebih banyak lagi untuk mencapai kompromi. "Semalam Larry mengakui sulit pengesahan RUU stimulus fiskal sebelum pilpres 3 November," kata Faisyal saat dihubungi Ipotnews, Selasa.
Faisyal mengatakan pelaku pasar kini cenderung menahan diri dan menanti hasil pilpres AS. Ekspektasi pelaku pasar adalah Joe Biden memenangkan pilpres sehingga kepastian realisasi stimulus fiskal yang besar lebih kuat. Hubungan AS dengan China juga diperkirakan menjadi lebih baik.
"Tapi kan hasilnya belum ada. Pasar sekarang cenderung wait and see," ujar Faisyal.
Faktor lain yang juga menekan kurs rupiah pada hari ini adalah perkembangan virus corona di dunia yang masih terus membesar. Per Selasa, 27 Oktober 2020 pun terdapat kasus positif Covid-19 mencapai 43.741.608 orang di seluruh dunia, dikutip dari laman World O Meters.
Data menunjukkan bahwa pasien yang meninggal karena virus corona total terdapat 1.163.600 orang atau 3%. Angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pasien yang berhasil sembuh yakni sebanyak 32.125.184 orang atau 97%. Di seluruh dunia, terdapat 217 negara yang memiliki kasus Covid-19 dengan angka tertinggi dilaporkan oleh Amerika Serikat (AS) selama beberapa bulan terakhir.
"Ini menambah tekanan pada aset berisiko seperti rupiah," jelas Faisyal.
(Adhitya)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM