Tantangan Perencanaan Pendapatan Pada Masa Pensiun: Inflasi dalam Jangka Panjang (5)
Monday, March 06, 2023       15:58 WIB

Pada artikel sebelumnya yang berjudul,  'Tantangan Perencanaan Pendapatan pada Masa Pensiun: Resiko Investasi yang Semakin Besar (3) ' kita telah mengetahui bahwa pada masa pensiun, kita menghadapi tantangan investasi yang semakin besar karena urutan terjadinya imbal hasil ( return ) menjadi relevan pada masa pensiun.
Secara khusus telah dibahas bahwa memasuki pensiun pada permulaan periode resesi sangatlah berbahaya dari sudut pandang perencanaan pendapatan pada masa pensiun.
Pada artikel kali ini, kita akan membahas tantangan nomor 5 dalam perencanaan pendapatan pada masa pensiun, yakni inflasi bertahun-tahun dalam jangka panjang. Mengapa faktor inflasi ini menjadi sangat penting dalam perencanaan pendapatan pada masa pensiun ( retirement income planning )?
Pertama, karena saat ini manusia cenderung untuk hidup lebih lama, dan akan menghabiskan waktu yang sangat panjang dalam masa pensiun. Kalau seseorang pensiun pada usia 60 tahun, dan dia mengharapkan untuk tetap hidup sampai usia 80 tahun, berarti ada periode selama 20 tahun di mana aset-aset dana pensiun yang telah dikumpulkannya harus mampu menghasilkan arus kas yang cukup untuk membiayai hidupnya pada masa pensiun.
Dalam banyak kasus di negara maju, dapat terjadi bahwa jumlah tahun yang dihabiskan dalam masa pensiun adalah sama banyak dengan jumlah tahun produktif yang dihabiskan untuk bekerja.
Kedua, suku bunga yang diperoleh dari deposito dan instrumen pendapatan tetap jangka pendek lainnya, yang sebelumnya dianggap aman karena harganya tidak berfluktuasi dan pengembaliannya dijamin oleh pemerintah, ternyata menjadi tidak aman setelah memperhitungkan faktor inflasi. Suku bunga deposito biasanya hanya sedikit lebih tinggi dari angka inflasi yang diumumkan pemerintah pada awal tahun (sebelum dipotong pajak penghasilan).
Sebelum pensiun, uang yang disimpan dalam dana pensiun yang akta pendiriannya telah disahkan oleh pemerintah tidak dikenakan pajak penghasilan. Tetapi, setelah pensiun, dan dana pensiun dibayarkan kepada pensiunan, maka dana pensiun (yang dikelola sendiri) akan dipotong pajak penghasilan sebesar 20%.
Dengan demikian imbal hasil dana pensiun yang ditempatkan dalam instrumen deposito yang aman akan menjadi tidak aman karena imbal hasil ( return ) deposito (setelah pajak) setelah memperhitungkan inflasi menjadi negatif. Artinya, daya beli ( purchasing power ) dana yang disimpan dalam deposito itu justru berkurang setelah memperhitungkan angka inflasi.
Bahkan jika angka inflasi tahunan sangatlah rendah, katakanlah hanya berkisar pada angka 3% pa saja, maka dalam jangka panjang, katakanlah dalam 25 tahun, angka inflasi sebesar 3% ini akan memotong daya beli dana pensiun menjadi tinggal separohnya.
Waktu dua puluh lima tahun mungkin dianggap cukup lama. Tetapi pada saat itu, usia pensiunan adalah 85 tahun. Sebagian orang yang pensiun pada usia 60 tahun masih hidup pada usia 85 tahun, dimana daya beli uang dalam dana pensiun yang dikumpulkannya telah berkurang menjadi tinggal separohnya. Berkurangnya daya beli ( purchasing power ) dana pensiun akan menurunkan kualitas hidup pensiunan.
Salah satu solusi mengatasi masalah inflasi adalah berinvestasi di dalam asset keuangan yang tahan terhadap bahaya inflasi, yaitu instrumen ekuitas. Tetapi berinvestasi dalam instrumen ekuitas pada masa pensiun sangatlah beresiko karena jangka waktu investasi ( investment horizon ) yang terbatas, sehingga beresiko atas terjadinya fluktuasi harga saham di pasar modal.
Solusi lain untuk mengatasi bahaya inflasi ini adalah berinvestasi di sektor properti  (real estate ) yang juga merupakan sector yang sanggup menghadapi tekanan inflasi. Tetapi, berinvestasi di sektor properti termasuk beresiko tinggi, di antaranya karena sektor properti tidak likuid dan membutuhkan dana besar untuk setiap properti yang dibeli. Singkat kata, tidak semua pensiunan cocok untuk berinvestasi di sektor properti.
 Oleh: Fredy Sumendap, CFA 

Sumber : IPS

powered by: IPOTNEWS.COM