The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan 50 Basis Poin, Rupiah Diprediksi Tak Banyak Terpengaruh
Friday, May 06, 2022       11:34 WIB

Ipotnews - Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) akhirnya menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin. Namun langkah ini ini diperkirakan tidak akan terlalu berpengaruh banyak pada pergerakan kurs rupiah usai libur lebaran.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah saat ini masih menunjukkan indikasi menguat. "Karena bersamaan dengan mudik lebaran, banyak orang menggunakan uang dengan antusias," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Jumat (6/5).
Selain itu, di Indonesia protokol kesehatan masih tetap diterapkan selama masa mudik, tidak terjadi kekurangan BBM. Di sisi lain pelarangan ekspor minyak CPO dan turunannya cukup membantu mendongkrak rupiah.
Ibrahim menjelaskan selama masa mudik, diperkirakan peredaran uang secara nasional mencapai Rp72 triliun. Situasi ini akan membuat konsumsi domestik Indonesia meningkat. Hal tersebut turut mengindikasikan masyarakat begitu antusias membelanjakan uangnya.
"Ini juga menjadi salah satu alasan pelaku pasar luar negeri menilai Indonesia cukup bagus untuk menempatkan uangnya dan menguatkan rupiah walaupun indeks dolar AS sempat menguat tajam," ujar Ibrahim.
Hanya saja ke depan Ibrahim mengakui ada momentum kenaikan suku bunga AS mendatang. Kurs rupiah diperkirakan bisa melemah terbatas. Hal ini karena kenaikan suku bunga akan menguatkan indeks dolar AS dan membuat banyak investor mengalihkan dananya ke dolar sebagai safe haven.
"Saat ini para spekulan terus mendorong masuk arus modal asing ke Indonesia yang menguatkan rupiah, bisa sampai minggu kedua Mei, saat pembukaan pasar setelah libur lebaran. Tapi nanti mendekati tanggal 15-16 Mei mendatang, rupiah kemungkinan akan mengalami pelemahan ke Rp14.550-an per dolar AS," pungkas Ibrahim.
Sebagaimana diketahui, The Fed resmi menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin atau 0,5%, yang diumumkan pada Rabu (4/5) pagi waktu setempat. Kenaikan tersebut merupakan kenaikan terbesar dalam dua dekade yang dilakukan untuk mengatasi lonjakan inflasi yang merupakan tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
"Inflasi terlalu tinggi dan kami memahami kesulitan yang ditimbulkannya. Kami bergerak cepat untuk menurunkannya kembali. Kami sangat berkomitmen untuk memulihkan stabilitas harga," kata Ketua Fed Jerome Powell selama konferensi pers mengutip CNBC .
Seiring dengan kenaikan suku bunga, bank sentral AS juga mengindikasikan akan mulai mengurangi kepemilikan aset pada neraca sebesar 9 triliun dollar AS. The Fed telah membeli obligasi untuk menjaga suku bunga rendah dan arus cash flow selama pandemi, tetapi lonjakan harga memaksa bank sentral mengambil kebijakan moneter yang lebih ketat.
Kenaikan suku bunga yang diumumkan pada hari Rabu juga akan mendorong suku bunga dana federal ke kisaran 0,75% sampai dengan 1%.
(Adhitya)

Sumber : admin

powered by: IPOTNEWS.COM