Trump Sebut Saudi dan Rusia Bakal Capai Kesepakatan, Minyak Dunia Meroket
Friday, April 03, 2020       04:41 WIB

Ipotnews - Harga minyak meroket, Kamis, setelah Presiden Donald Trump mengatakan Arab Saudi dan Rusia akan mengurangi tekanan pada pasar minyak, mengakhiri perang harga yang berkontribusi terhadap kejatuhan minyak mentah.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), patokan Amerika Serikat, ditutup melonjak 24,67% menjadi USD25,32 per barel, kenaikan persentase satu hari terbesar dalam sejarah, demikian laporan   CNBC ,  di New York, Kamis (2/4) atau Jumat (3/4) pagi WIB.
Sementara itu, patokan internasional, minyak mentah berjangka Brent, melambung 17,8%, atau USD4,40, menjadi USD29,14 per barel.
Trump mengatakan kepada   CNBC ,  Kamis, bahwa dia berbicara dengan Presiden Putin, Rabu, dan Putra Mahkota Saudi, Kamis, dan memperkirakan kedua negara itu akan mengumumkan pengurangan produksi minyak 10 juta barel dan bisa mencapai 15 juta barel.
Presiden kemudian mencuit bahwa pengurangan produksi akan "bagus bagi industri minyak & gas!" Komentarnya muncul sebelum pertemuan dengan para eksekutif industri energi yang dijadwalkan Jumat.
Arab Saudi, Kamis, menyerukan pertemuan "mendesak" antara OPEC dan sekutunya.
"Hari ini, Kerajaan itu menyerukan pertemuan darurat bagi kelompok OPEC + dan negara lainnya, dengan tujuan mencapai kesepakatan yang adil guna memulihkan keseimbangan yang diinginkan pasar minyak," kata Saudi Press Agency.
Meski minyak naik hampir 25%, kontrak itu ditutup di bawah level tertingginya hari ini karena para pedagang mempertanyakan apakah pemotongan yang diungkap Trump masuk akal, terutama jika AS tidak berpartisipasi. Pemerintah AS tidak akan meminta produsen dalam negeri untuk memotong produksinya, menurut laporan  Reuters .
Negara-negara OPEC yang dipimpin Arab Saudi mengusulkan pengurangan produksi 1,5 juta barel per hari, bulan lalu, karena permintaan berkurang. Namun, sekutu OPEC , Rusia, menolak pemotongan tersebut, memicu perang harga antara dua produsen terbesar itu. Pemotongan produksi yang sebelumnya diberlakukan berakhir pada 31 Maret. Rabu, Arab Saudi meningkatkan produksinya menjadi lebih dari 12 miliar barel per hari.
Guncangan dari sisi permintaan maupun penawaran membuat harga minyak jatuh. Pada 6 Maret, minyak mentah AS diperdagangkan di atas USD41 per barel. Sejak itu, minyak mentah kehilangan sekitar setengah dari nilainya.
"Arab Saudi memenuhi janjinya untuk meningkatkan ekspor minyak menyusul kegagalan perjanjian OPEC + dengan Rusia," kata Neil Beveridge, analis AB Bernstein. "Kami memperkirakan tingkat stok yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kuartal kedua 2020 yang dapat menguji batas kapasitas minyak mentah."
Beberapa dengan cepat mencatat, bahkan jika kesepakatan tersebut tercapai, itu mungkin masih tidak cukup untuk mengatasi kelebihan pasokan yang disebabkan kehancuran permintaan.
"Tantangannya adalah besarnya masalah kelebihan pasokan. Arab Saudi dan Rusia tidak akan secara sendiri-sendiri menghapus misalnya setengah (5 juta barel per hari) dari produksi minyak mereka untuk menyeimbangkan pasar pada kuartal kedua," kata Kepala Pasar Minyak Rystad Energy Bjornar Tonhaugen.
"Paling-paling, kami percaya keduanya akan setuju untuk terus membahas dan memantau situasi pasar."
Minyak mentah juga mendapat dorongan, Kamis, setelah  Bloomberg News  melaporkan China akan mulai membeli minyak untuk cadangan daruratnya. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM