Wall Street "Kebakaran", Dow Catat Penurunan Kuartalan Terburuk Sejak 1987
Wednesday, April 01, 2020       04:58 WIB

Ipotnews - Bursa saham Wall Street jatuh, Selasa, hari terakhir kuartal pertama, ketika investor menyelesaikan periode volatilitas pasar yang bersejarah dipicu oleh pandemi virus korona.
Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 410,32 poin atau 1,8% menjadi 21.917,16, demikian laporan   CNBC   dan  AFP,  di New York, Selasa (31/3) atau Rabu (1/4) pagi WIB. Dow menguat sebanyaknya 152 poin pada awal sesi.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 merosot 1,6% atau 42,06 poin menjadi 2.584,59, sedangkan Nasdaq Composite Index berkurang 0,95% atau 74,05 poin menjadi 7.700,10.
Dow dan S&P 500 mencatat kinerja kuartal pertama terburuknya, masing-masing kehilangan 23,2 dan 20%. Dow juga mengalami kuartal terburuk secara keseluruhan sejak 1987 sementara S&P 500 membukukan kerugian kuartalan terbesar sejak 2008.
Wall Street juga mencetak kerugian tajam untuk bulan ini. Dow dan S&P 500 masing-masing turun 13,7% dan 12,5%, pada Maret. Itu adalah penurunan satu bulan terburuk sejak 2008. S&P 500 dan Dow juga mencatat pergerakan setidaknya 1% dalam 21 dari 22 hari perdagangan pada Maret.
Saham turun pada sesi Selasa setelah pasar mencerna sejumlah permasalahan yang berasal dari pandemi virus korona. Gubernur New York, Andrew Cuomo, mengatakan, kasus virus korona di negara bagian itu melonjak 14% dalam semalam menjadi lebih dari 75.000.
Goldman Sachs mengatakan ekonomi akan mengalami kejatuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kuartal kedua, tetapi pemulihan akan menjadi yang tercepat dalam sejarah.
Saham perbankan seperti JPMorgan Chase, Citigroup dan Bank of America terus merosot. JPMorgan dan Citi masing-masing anjlok 3,6% dan 4,5%, sementara Bank of America kehilangan 3,7%. Saham tersebut berada di bawah tekanan besar pekan ini dari penurunan suku bunga.
Banyak orang di Wall Street melakukan penjualan lebih banyak lagi sebelum pasar mencapai titik terendahnya. Secara historis,  bear market  sering diselingi oleh pantulan tajam dalam perjalanan menuju tingkat terendah.
Investor terus bergulat dengan wabah yang memburuk di AS ketika kasus yang dikonfirmasi naik menjadi lebih dari 177.000, menurut data dari Johns Hopkins University. Amerika juga secara resmi menjadi negara yang paling terpengaruh. Minggu, Trump berharap negara itu akan "berada di jalur yang baik menuju pemulihan" pada 1 Juni.
Sejumlah ahli kesehatan publik mengatakan ada tanda-tanda pembatasan tersebut mulai menghambat pertumbuhan wabah di beberapa tempat, tetapi penutupan itu kini diperkirakan bisa mendorong ekonomi AS terperosok ke jurang resesi.
Tingkat kepercayaan konsumen AS membukukan penurunan besar. The Conference Board, Selasa, mengatakan indeks kepercayaan konsumen turun menjadi 120 pada Maret dari 132,6 di bulan sebelumnya.
Namun, survei tersebut mungkin terlalu optimistis karena tanggal terakhir untuk merespons survei itu adalah 18 Maret, sebelum banyak pembatasan diterapkan di seluruh negeri.
"Apakah rumah tangga berkhayal atau kita harus menunggu sebulan lagi untuk mencari tahu tingkat kepercayaan konsumen yang sebenarnya," kata ekonom Joel Naroff.
Agar kepercayaan diri kembali lagi, "akhir dari pandemi ini harus segera terlihat. Berapa lama untuk sampai pada titik itu hanyalah dugaan semua orang."
Beberapa analis berpikir pasar mungkin telah beradaptasi dengan kondisi permainan saat ini dan saham mungkin mencapai titik terendah karena pengeluaran fiskal yang agresif dan intervensi bank sentral bakal membatasi pukulan terhadap ekonomi.
Tetapi yang lain mencurigai pasar bisa mengalami kepanikan lebih lanjut karena menerima lebih banyak data yang menguraikan tekanan terhadap ekonomi, terutama jika virus itu terus menyebar dengan cepat. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM