Wall Street "Melempem" untuk Hari Kedua di Tengah Ketidakpastian Stimulus Amerika
Thursday, October 15, 2020       04:47 WIB

Ipotnews - Bursa ekuitas Wall Street jatuh untuk hari kedua, Rabu, setelah komentar dari Menteri Keuangan Steven Mnuchin memukul ekspektasi kesepakatan stimulus virus korona yang dicapai sebelum pemilu Amerika Serikat, 3 November.
Dow Jones Industrial Average ditutup turun 165,81 poin, atau 0,58%, menjadi 28.514, demikian laporan   CNBC   dan  AFP,  di New York, Rabu (14/10) atau Kamis (15/10) pagi WIB.
Sementara itu, indeks berbasis luas S&P 500 menyusut 0,66% atau 23,26 poin menjadi 3.488,67, sedangkan Nasdaq Composite Index berkurang 0,8% atau 95,17 poin menjadi 11.768,73.
Mnuchin mengatakan pada pertengahan hari bahwa untuk mendapatkan kesepakatan sebelum pemilu akan sulit, menambahkan kedua belah pihak masih terpisah jauh dalam sejumlah masalah tertentu. Meski begitu, dia juga mencatat, Partai Demokrat dan Republik membuat kemajuan di beberapa bidang.
"Ketika Mnuchin mengomentari stimulus, itu langsung memukul sentimen dan pasar mengalami tekanan jual," kata Quincy Krosby, Kepala Strategi Pasar Prudential.
Komentar Mnuchin muncul setelah Gedung Putih baru-baru ini mengusulkan anggaran USD1,8 triliun untuk paket bantuan, yang menurut Ketua DPR Nancy Pelosi "sangat kurang" dari apa yang dibutuhkan. Selasa, Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell mengatakan Senat akan memberikan suara pada RUU stimulus terbatas akhir bulan ini, yang akan menjadi "bantuan yang ditargetkan bagi pekerja Amerika, termasuk pendanaan yang baru" untuk kredit UKM.
"Investor terus bereaksi terhadap perkembangan diskusi stimulus, meski susutnya kemungkinan kesepakatan bisa dicapai," kata Mark Hackett, Kepala Riset Investasi Nationwide.
"Kesenjangan antara House Demokrat dan Gedung Putih menyempit menjadi sekitar USD400 miliar...meski berbeda dalam pendanaan pemerintah negara bagian dan lokal, bantuan perawatan kesehatan dan alokasi kredit pajak tetap ada."
Pastinya, juru bicara Pelosi mengatakan dia dan Mnuchin melakukan pembicaraan yang "produktif".
Saham Amazon anjlok lebih dari 2% untuk memimpin sebagian besar Big Tech bergerak lebih rendah. Facebook dan Netflix masing-masing merosot 1,6% dan 2,3% dan Microsoft turun 0,9%.
Laporan Keuangan
Indeks utama Wall Street menguat pada awal sesi setelah  trader  mencermati gelombang laporan keuangan perusahaan.
Goldman Sachs melaporkan laba kuartalan yang jauh lebih baik dari ekspektasi. Kinerja positif itu sebagian besar didorong oleh pendapatan perdagangan obligasi yang kuat.
UnitedHealth melaporkan laba dan pendapatan yang lebih baik dari perkiraan untuk kuartal sebelumnya, tetapi sahamnya melorot 2,9%.
Laba Bank of America melampaui ekspektasi analis tetapi pendapatan bank itu meleset, mengirim sahamnya jatuh 5,3%. Saham Wells Fargo merosot 6% karena laba kuartal ketiga bank itu meleset dari ekspektasi. Wells Fargo mengatakan  bottom line- nya dipengaruhi oleh lingkungan suku bunga yang rendah saat ini.
"Laba secara keseluruhan, sejauh ini cukup bagus," kata Brent Schutte, Kepala Strategi Investasi Northwestern Mutual Wealth Management. "Kita akan melihat perluasan pertumbuhan laba dari sebelumnya, terkonsentrasi di beberapa nama, ke lebih banyak sektor dan perusahaan."
Wall Street menghentikan keperkasaan empat sesi beruntun, Selasa, setelah Eli Lilly menghentikan uji coba pengobatan antibodi virus korona, berita yang mengikuti pengumuman Johnson & Johnson sebelumnya bahwa mereka menghentikan uji coba vaksinnya setelah melaporkan "kejadian buruk".
Pengumuman itu "memiliki efek peredam pada pasar yang mencari tanda-tanda dan pengumuman yang positif," kata Krosby.
Meski melemah pada sesi Selasa dan Rabu, saham tercatat lebih tinggi untuk Oktober, dengan Dow melesat 2,6% sementara S&P 500 dan Nasdaq masing-masing melambung 3,7% dan 5,4%.
"Pasar sekarang mengharapkan pemilu yang mulus, stimulus besar, pandemi berakhir, dan ekonomi kembali normal seperti 2019 pada awal tahun depan," kata Brad McMillan, Kepala Investasi Commonwealth Financial Network.
Namun, dia mencatat bahwa optimisme pasar tersebut mungkin membuatnya rentan terhadap berita buruk, terutama karena kasus Covid-19 meningkat di beberapa kawasan.
"Kendati ekonomi terus pulih, pertumbuhan lapangan kerja melambat secara substansial bahkan saat PHK tetap sangat tinggi -- dan kita masih baru setengah jalan kembali ke tingkat pekerjaan sebelum pandemi," ungkap dia. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM


Berita Terbaru

Thursday, Apr 18, 2024 - 12:30 WIB
Mayoritas Sektor Melemah, IHSG Konsisten Menghijau Hingga Akhir Sesi I
Thursday, Apr 18, 2024 - 12:30 WIB
Bursa Siang: Prospek Suku Bunga Rehat Sejenak, Saham Asia Bangkit, IHSG Parkir di Zona Aman
Thursday, Apr 18, 2024 - 12:04 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 ENRG
Thursday, Apr 18, 2024 - 11:53 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 BBYB
Thursday, Apr 18, 2024 - 11:46 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 INCO
Thursday, Apr 18, 2024 - 11:38 WIB
Realisasi Pertumbuhan Ekonomi RI Full Year 2024 Diprediksi 5,0% - 5,1%
Thursday, Apr 18, 2024 - 11:34 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 EPMT
Thursday, Apr 18, 2024 - 11:24 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 ELIT
Thursday, Apr 18, 2024 - 11:23 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 KINO
Thursday, Apr 18, 2024 - 11:13 WIB
Kepemilikan Saham 31 Maret 2024 TRST